Opini

Human Dignity  

Oleh: A Halim Mahfudz*

Channel9.id-Jakarta. Secara umum Human Dignity yang disebut juga sebagai karamah al insan dalam bahasa Arab atau martabat dalam bahasa Indoenesia adalah hak seseorang untuk dihargai dan dihormati dan diperlakukan secara etis dan adil. Martabat ini merupakan konsep penting dalam konteks moralitas, etika, hukum dan politik.  Dan mereka berakar dari konsep hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tidak dapat dicabut.

Dalam Alquran, Allah swt menjelaskan penghormatanNya kepada anak turun Bani Adam dan kemuliaan yang dikaruniakan kepada mereka dibanding makhluk lain.  Dia telah menciptakan mereka dalam wujud paling baik dan paling sempurna dari makhluk lain (At Tin 4). Lalu Dia menganugerahkan Human Dignity, martabat manusia yang merupakan hak dasar yang melekat pada diri setiap manusia ciptaan Tuhan YMK tanpa syarat. Ini dijelaskan dalam dalam Al Isra 70.

Di tataran manusia secara global, PBB mensahkan The Universal Declaration of Human Rights (UDHR) pada 10 December 1948.  UDHR di pasal 1 menegaskan bahwa manusia dilahirkan dengan martabat yang sama.  Selanjutnya ditegaskan pula bahwa martabat dan kebebasan ini diterapkan tanpa pembeda karena ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, aliran politik, asal muasal, kepemilikan properti, kelahiran atau status sosial.

Kemurahan Allah atas makhluk ciptaanNya tidak berhenti hanya sampai di situ.  Allah menambah kemurahanNya dengan menganugerahkan kepada makhlukNya pendengaran, penglihatan, dan hati.  Ketika awal penciptaan, manusia dalam keadaan tidak mengetahui apapun. Manusia tidak mengenal lingkungannya, benda-benda lain pemberian Allah, bahkan mereka tidak paham berbagai karunia yang dilimpahkan Allah di dunia yang sebenarnya untuk mereka. Kemudian Allah menciptakan untuk manusia pendengaran, penglihatan, dan hati, agar dengan bekal tersebut manusia bisa mendapatkan berbagai macam pengetahuan dan pemikiran.

Dengan kemurahan tersebut, Allah telah menciptakan manusia lebih baik dari makhluk yang lain. Dengan anugerah pendengaran penglihatan dan hati ini menunjukkan kelebihan manusia dibandung makhluk lain, termasuk para malaikat.

Diceritakan dalam hadits bahwa para malaikat menunjukkan rasa ingin tahu mereka atas penciptaan manusia melebihi kemampuan manusia di atas malaikat.  Malaikat bertanya ‘Engkau memberikan kepada Adam bisa makan, minum dan berpakaian dengan bagus dan bisa bersenang-senang sedangkan kami hanya bisa bertasbih dan memujiMu.’

Karamah Al Insan ini menjadi dasar penataan hubungan antarmanusia termasuk hubungan antara muslim dan yang lain.  Begitu juga dengan penataan atas perbedaan suku dan ras, orientasi politik dan seterusnya.  Namun meski martabat manusia yang merupakan anugerah Tuhan atas manusia sudah sangat jelas, penerapan hak dan martabat dalam praktik sehari-hari bukan berarti mudah atau mulus.  Mispersepsi masih sering muncul dan terjadi terutama menyangkut dengan kehormatan dan hak.  Dan isu paling kuat muncul dan menimbulkan ketegangan adalah isu yang terkait dengan masalah agama, politik kekuasaan, ekonomi bahkan kepentingan-kepentingan jangka pendek lainnya.

Allah menciptakan manusia dalam bentuk terbaiknya, namun manusia sendiri yang merusak tatanan hubungan ini karena didorong nafsu.  Manusia sering keliru menggunakan anugerah berupa pendengaran, penglihatan dan hati tetapi anugerah ini yang sering dikuasai oleh pendegaran, penglihatan dan hati mereka sendiri yang digeluti nafsu.

*Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  47  =  57