Channel9.id-Jakarta. Kongres Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI) kedelapan mengangkat isu kurikulum merdeka dan pendidikan pascapandemik.
Dampak pandemic covid-19 terhadap pelaksanaan pendidikan terasa dalam berbagai aspek. Di samping itu kebijakan merdeka belajar dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait kampus merdeka mendorong penyesuaian dari Lembaga Pendidikan. Dalam Pendidikan Bahasa Jerman hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama.
Kedua hal tersebut merupakan dua contoh dari topik yang akan dibahas dalam kongres nasional Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI) VII. Ending Khoerudin, Ketua Panitia Pelaksana Kongres IGBJI ini, menyebut bahwa paradigma merdeka belajar dan pembelajaran pasca pandemi merupakan masalah yang dirasakan oleh pengajar.
“Betul dialami dan dicari adaptasi melalui forum untuk berbagi pengelaman dari pengajar SMA dan perguruan tinggi,” ucapnya.
“Jadi kita akan lihat bagaimana kedudukan bahasa Jerman dan apa yang bisa dilakukan,” tutur Khoerudin.
Terkait hal tersebut, dosen Universitas Pendidikan Indonesia ini bahwa pertemuan nasional ini dapat menjadi ruang berbagi pengalaman. “Bagi mereka yang sudah punya kurikulum merdeka, bisa jelaskan gambaran lebih utuh dan real mengenai peluang ini,” tuturnya.
Salah satu masalah pendidikan selama pandemi yang disinggung Khoerudin adalah learning loss peserta didik. Ia menyebut bahwa sudah banyak perubahan di kala pandemi terhadap proses pembelajaran, terutama Bahasa Jerman.
“Mengatasi pembelajaran selama pandemic mengoptimalkan learning loss agar tidak terlalu besar dengan media dan teknologi (pendukung),” ujarnya saat ditanya mengenai isu yang akan dibahas dalam kongres ini.
Kongres ini akan digelar pada 3 – 7 Juli 2023 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Goethe-House. Perhelatan tersebut dihadiri oleh pemangku kepentingan pengajaran Bahasa Jerman dari berbagai wilayah Indonesia.
Seperti yang disinggung oleh Khoerudin, kongres ini mengusung tema “Paradigma Merdeka Belajar dan Pembelajaran Pascapandemic”. Dalam laman resmi IGBJI, tertulis, enam sub tema yakni, bahasa dan budaya, metode dan media pembelajaran, ragam kompetensi berbahasa, pemantapan dan peningkatan kualitas, penelitian pengajaran dan pembelajaran bahasa, dan praktik sukses dalam pembelajaran, dan lain-lain.
Saat ditanya mengenai harapan pelaksanaan kongres ini, Khoerudin menyampaikan bahwa pemangku kepentingan memiliki peluang berupa ide, gagasan, dan kreativitas menanggulangi dampak pandemik terhadap pendidikan. Esksitensi pembelajaran Bahasa Jerman tetap dipertahankan dan keluar dari masalah-masalah itu.
Keanggotaan IGBJI sendiri terdiri dari berbagai kalangan yang merupaka pemangku kepentingan pendidikan Bahasa Jerman. Ekadewi Indrawidjaja, Ketua IGBJI, menyebut bahwa bukan cuma dosen atau guru yang tergabung dalam organisasi ini.
“Sejak 1977, guru dan pengajar bahasa Jerman manapun bisa gabung dan saling mengisi,” ucapnya.
Ekadewi juga menyinggung bahwa sinergi ini dapat menangani masalah missing link antara kampus dan praktek pengajaran sudah sejak lama.
Saat ditanya harapan, Khoerudin menyebut bahwa ruang pertemuan harus juga membantu terbuka banyak potensi bagi peserta didik.
Baca juga: Kongres V Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Minta Pemerintah Revisi UU Sisdiknas
“Ada banyak program kalo bahasa Jerman maju, lulusan SMA, SMK, dan MA bisa daftar mengikut pendidikan di Jerman,” ucapnya.
Terkait ini, ia berharap, peserta dari Indonesia bisa lebih banyak lagi mengikuti program yang disponsori oleh pemerintah Jerman ini.