Channel9.id-Jakarta. Seorang mahasiswa asal Indonesia, Indra Rudiansyah, kini namanya mulai dikenal dunia. Pria yang sedang menempuh studi S3 Program Clinical Medicine Jenner Institute, Universitas Oxford, Inggris itu masuk dalam bagian tim pengembang vaksin AstraZeneca.
Indra turut andil membantu uji klinis Vaksin Covid-19 yang tengah berlangsung di Universitas tertua di dunia itu.
“Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung dalam tim untuk uji klinis vaksin COVID-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk thesis saya,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Uji coba vaksin Covid-19 itu sendiri bertempat di Pusat Vaksin Oxford dilaksanakan Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group. Tim ini bekerja mengembangkan vaksin untuk mencegah COVID-19 sejak 20 Januari lalu dipimpin Prof. Sarah Gilbert, Prof. Andrew Pollard, Prof. Teresa Lambe, Dr Sandy Douglas, Prof. Catherine Green dan Prof. Adrian Hill.
Menurut pria asal Bandung itu, penelitian utama untuk thesisnya adalah vaksin malaria, namun keikutsertaannya dalam tim ini merupakan real case dari penelitian vaksin untuk menyelamatnya banyak nyawa orang.
Baca juga: Sejuta Dosis Vaksin Jadi AstraZeneca Kembali Tiba di Tanah Air
Anak ke dua dari tiga bersaudara yang mendapat beasiswa dari LPDP mengaku keterlibatannya dalam uji klinis ini adalah menguji antibody response dari para volunteer yang sudah divaksinasi.
“Tentunya saya sangat bangga akan hal ini karena dapat berkontribusi secara nyata untuk menghadapi pandemi ini,” katanya.
Indra menuturkan, sebenarnya penelitian S3-nya terkait bidang vaksin malaria. Ketika outbreak COVID19 terjadi awal tahun ini, beberapa kolega yang bekerja untuk mengembangkan vaksin untuk emerging pathogen itu mulai mendesain vaksin ini.
Kemudian kita outbreak mengalami eskalasi menjadi pandemi, semua aktivitas di kampus di tutup kecuali untuk bidang yang terkait dengan covid 19/sars cov 2. Pada saat yang sama project leader menawarkan bagi siapa saja yang bekerja dengan non-covid jika ingin bergabung akan diperbolehkan.
Dari sinilah, Indra bergabung dengan tim untuk membantu uji klinis. Pria yang meraih S1 di bidang Mikrobiologi ITB mengatakan, sebenarnya tidak ada duka dalam keterlibatannya di tim. Namun, tentunya ada tantangan tersendiri dalam bekerja dengan tim ini.
Indra yang meraih S2 Bioteknologi ITB dengan Fast Track Program, mengatakan proses pengembangan vaksin ini sangat cepat hanya dengan enam bulan sudah menghasilkan data uji preklinis dan inisial data untuk safety dan immunogenisitas di manusia.
“Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini,” jelasnya.