Sebelumnya, Pupuk Indonesia mencatat penjualan sebesar 8,956 Juta ton sepanjang periode Januari-September 2018. Angka tersebut tumbuh sekitar 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Sidat menjelaskan, penjualan pupuk untuk sektor PSO, yaitu penyaluran pupuk bersubsidi ke sektor tanaman pangan, hingga saat ini sudah mencapai 6.633.982 ton. Itu meningkat lebih dari 300 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Ini artinya, Perseroan tetap memprioritaskan kebutuhan pupuk untuk pangan dalam mengamankan kebutuhan petani dan penyaluran pupuk bersubsidi semakin efektif dan diterima oleh petani yang berhak memperolehnya,” tuturnya.
Aas menjelaskan, peningkatan penjualan Pupuk Indonesia antara lain ditopang oleh kenaikan penjualan ekspor sebesar 60 persen menjadi USD 332 juta pada kuartal III 2018, ketimbang raihan di periode yang sama tahun 2017. Adapun ekspor Perseroan terdiri dari 770 ribu ton pupuk dan 439 ribu ton amoniak.
Sampai dengan akhir tahun 2018, manajemen Pupuk Indonesia memproyeksikan total ekspor mencapai 1,588 juta ton pupuk dan 630 ribu ton amoniak senilai USD 650.563.913. Meski begitu, kata dia, Perseroan tetap memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pupuk di sektor tanaman pangan dalam rangka penugasan PSO.
“izin ekspor hanya bisa keluar jika kebutuhan dan stok dalam negeri sudah aman,” ujarnya.