Techno

Intelijen Sebut Teknologi Enkripsi End to End Berbahaya

Channel9.id-Jakarta. Teknologi perlindungan enkripsi end to end atau penyandian menyeluruh membuat geram pihak penegak hukum, termasuk intelijen.

Untuk diketahui, teknologi tersebut membuat pesan, termasuk audio dan video, hanya bisa dibaca pengirim dan penerima. Adapun teknologi ini sudah diterapkan oleh WhatsApp dan beberapa layanan online lainnya.

Baru baru ini, kelompok Five Eyes, yaitu para intelijen gabungan lima negara, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru, mengingatkan bahwa penyandian yang tak bisa ditembus bisa berpotensi tinggi membahayakan keamanan publik.

Otoritas masing-masing negara itu merilis pernyataan yang meminta industri teknologi mengembangkan solusi. Dengan tujuan agar penegak hukum bisa mengakses pesan meski sudah dienkripsi.

“Ada konsensus yang terus meningkat antara pemerintah dan institusi internasional bahwa aksi harus diambil. Meskipun enkripsi itu vital dan privasi serta keamanan cyber harus dilindungi. Hal itu seharusnya tidak mengorbankan penegak hukum,” kata mereka, dikutip dari CNBC.

Baca juga : Hindari Penipuan, Pengguna Instagram Bisa Cek Rekam Jejak Aktivitas Akun

Enkripsi dinilai menyulitkan aparat yang ingin menginvestigasi penindak kriminal melalui layanan seperti WhatsApp. Pasalnya, kejahatan besar seperti eksploitasi anak terkadang dikoordinasikan melalui jalur online ini. Untuk itu, mereka menyarankan dibuatnya semacam pintu belakang di mana penegak hukum bisa mengakses pesan saat diperlukan.

“Kami meminta perusahaan teknologi untuk bekerja dengan pemerintah dalam solusi yang layak secara teknis,” jelas mereka.

Dengan begitu, artinya teknologi semacam end to end diharapkan tetap bisa mengamankan pesan telekomunikasi dari pengguna umum. Namun, juga tak menghalangi jika ingin dilakukan penyelidikan.

Sebagai informasi, Ini bukan pertama kalinya Five Eyes mendesak layanan yang memiliki teknologi semacam enkripsi end to end. Pada tahun lalu, Five Eyes mengatakan bahwa perusahaan teknologi tak seharusnya mengembangkan sistem dan layanan mereka untuk mewadahi kriminal atau membuat orang rentan terkena risiko.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  74  =  77