Ekbis

Israel-Iran Saling Serang, Pengusaha Ungkap Dampaknya terhadap Ekonomi Indonesia

Channel9.id – Jakarta. Pelaku usaha menanggapi dampak konflik Israel-Iran yang kini semakin memanas dan berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia, khususnya dalam hal penciptaan stabilitas makro.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani mengatakan bahwa dampak pertama adalah pelemahan kurs diprediksi akan semakin tertekan lebih dalam atau lebih cepat, aliran dana keluar yang akan mengganggu kecukupan devisa (termasuk pengendalian capital flight) dan inflasi. Dalam hal ini terutama tekanan imported inflation, jika tidak dilakukan intervensi harga pasar atau ditahan dengan pelebaran subsidi.

“Tentu saja tingkat keparahan dampak ini akan terjadi berangsur-angsur, tidak langsung, kecuali capital flight pasar modal. Dampaknya akan semakin terasa seiring waktu. Atau, semakin lama Indonesia ter-expose dengan kondisi-pasar pasar global yang diciptakan oleh ekskalasi konflik tersebut, seperti kenaikan harga minyak global atau ketidaklancaran perdagangan via perairan kawasan teluk,” kata Shinta, Jumat (19/4/2024).

“Dampak negatif juga akan semakin parah dirasakan oleh Indonesia bila pemerintah hanya melakukan langkah “business as usual”. Jadi, intervensi-intervensi kebijakan yang bisa meredakan potensi dampak-dampak negatif dari konflik ini sudah harus dilakukan saat ini. Agar dampak negatif yang bisa menekan ekonomi Indonesia atau potensi pertumbuhan ekonomi kita saat ini bisa diminimalisir,” jelasnya.

Shinta mengatakan, rantai pasok juga akan mengalami gangguan lebih parah dari yang sudah terjadi sejak Februari sebagai efek konflik Yemen/Red Sea. Gangguan tersebut, ujarnya, mulai dari ongkos logistik perdagangan ke dan dari kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika yang akan meningkat. Ditambah kelancaran logistik yang terganggu.

“Kelancaran logistik perdagangan ini pun bisa semakin terganggu sewaktu-waktu. Misalnya karena penutupan/blokade, pembatasan atau penumpukan vessel di port-port tujuan atau sepanjang perjalanan yang melintasi kawasan teluk,” katanya.

“Ini tentu akan mempengaruhi daya saing ekspor Indonesia & menciptakan inflasi barang impor yang lebih tinggi di pasar domestik, khususnya untuk produk-produk berasal dari kawasan tersebut. Ini kemungkinan besar akan terjadi secara immediate, setidaknya dalam bentuk beban trade insurance,” ujar Shinta.

Shinta juga mengungkapkan adanya kekhawatiran akibat eskalasi konflik Iran vs Israel terhadap pasokan dan harga minyak global. Dan konsekuensinya terhadap inflasi dan daya beli di pasar domestik.

“Harga minyak global hampir bisa dipastikan akan naik lebih tinggi. Sebelum serangan balik Israel saja konsensus pasar sudah mengkhawatirkan harga minyak akan lebih dari US$100 per barel. Prediksi ini kemungkinan besar akan terjadi dengan perkembangan yang ada,” kata Shinta.

“Kita perlu melihat sejauh mana pemerintah Indonesia dapat mempertahankan harga BBM dan konsekuensinya terhadap cost logistik, transportasi & daya beli masyarakat ke depannya,” sebutnya.

Dia pun mengingatkan ancaman bahaya yang dapat mengintai APBN sebagai efek domino.

“Sudah bisa dipastikan APBN akan tertekan karena kebutuhan subsidi bila subsidi BBM diperluas untuk mempertahankan harga BBM yang ada saat ini di pasar domestik, ketika harga minyak global mencapai US$90 atau lebih. Karena asumsi APBN 2024 untuk harga hanya US$82 per barrel,” pungkas Shinta.

Seperti diketahui, Israel dilaporkan telah meluncurkan serangan balasan ke wilayah Iran. Menurut pejabat senior AS, serangan rudal Israel itu diluncurkan pada hari Jumat (19/4/2024).

Kondisi itu pun memicu kekhawatiran, termasuk di dalam negeri. Pascaserangan itu, kurs rupiah terhadap dolar AS melemah ke level terendah 4 tahun terakhir ke Rp16.285 hari ini, Jumat (19/4/2024 pukul 09.32 WIB mengutip Refinitiv). Di saat bersamaan, IHSG terkoreksi 1,82% ke 7.036 di sesi I perdagangan hari ini.

Di tingkat global, harga minyak Brent dilaporkan naik 2,07% ke US$88,92 per barel dari sesi penutupan sehari sebelumnya di US$87,11 per barel. Setelah sempat menyentuh US$90,75 per barel AS.

Baca juga: Pemerintah RI Buka Suara soal Lonjakan Harga Minyak usai Serangan Israel ke Iran

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5  +  2  =