Hot Topic

Kado Manis Jenderal Idham Azis, 100 Hari Indeks Kepuasan Polri Melesat

Channel9.id-Jakarta. Kado terindah bagi Kapolri dan jajarannya adalah indeks kepuasaan publik dalam 100 hari pemerintahan Presiden Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin yang melesatkan Polri di jajaran kedua setelah TNI.

Hasil survei Alvara Research Center perihal kepuasan publik terhadap kinerja lembaga negara di 100 hari kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo–Ma’ruf Amin, berdasarkan survei yang dilakukan Alvara pada akhir Januari hingga awal Februari 2020, dengan 1.000 responden dan margin error 3,16% serta tingkat kepercayaan 95%.

Selain data kuantitatif tersebut, data pendukung diperoleh melalui wawancara tatap muka, yang dilakukan dengan multistage random sampling di 13 provinsi di Indonesia

“Kepuasan publik terhadap Polri mengalami kenaikan. Polri bahkan menempati posisi kedua kepercayaan publik,” ujar CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali, Jumat (14/2/20).

Ia merinci hasil survei. Di posisi pertama, ada TNI dengan tingkat kepuasan 85,2%. Lalu, di posisi kedua diduduki Polri dengan tingkat kepuasan 72,7%.

Hasanuddin mengatakan Polri bisa di posisi kedua karena adanya program Promoter (profesional, modern, terpercaya), yang dicanangkan oleh Mantan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, yang kini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Saat ini program tersebut dilanjutkan oleh Kapolri Jenderal Pol Idham Azis.

Selanjutnya, di posisi ketiga dan keempat masing-masing diduduki Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) dengan tingkat kepuasan masing-masing 72,7% dan 72,4%.

Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bertengger di posisi kelima, dengan tingkat kepuasan 71,1%. Kemudian disusul oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) dengan tingkat kepuasan 70,1%.

Lalu posisi ketujuh hingga kesebelas diduduki oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dengan tingkat kepuasan sebesar 65,3%, KPU 63,3%, partai politik 60,8%, MPR 60,2% dan DPR 53,7%.

Sejak Program Promoter dicanangkan oleh Kapolri Jenderal Pol Prof. HM. Tito Karnavian PhD., Polri memang banyak berbenah, terutama yang terkait dengan pelayanan dan perlindungan publik. Berbagai inovasi dari level pusat di Mabes Polri sampai inovasi kewilayahan di tingkat Polres nampak terasa oleh masyarakat.

Pada tataran manajemen organisasi, Polri menerapkan sistem reward , pimpinan kewilayahan yang kreatif dan inovatif dalam menjaga keamanan dan melayani publik mendapat apresiasi. Hal inilah yang nampak terus berlangsung oleh Kapolri Jenderal Pol Drs Idham Azis MSi.

Sehingga, Jenderal Idham Azis menyebutkan kepada bawahannya untuk berprestasi baru bisa naik pangkat. Tidak ada lagi cara-cara menghadap, nanti saya tutup pintu. Padahal menurut Jenderal Idham praktek ini pun sudah tinggal sedikit hanya sekitar 1 persen saja dari organisasi besar Polri.

Jelas ini pernyataan tegas tetapi juga mengayomi anak buahnya. Pimpinan Polri berharap, jajarannya berprestasi sehingga mendapat apresiasi, di sisi lain anggota pasti akan terasa terlindungi dalam bekerja dengan baik dan benar.

Merit system dengan mengedepankan reward and punishment sebagai salah satu ciri manajemen modern inilah yang menjamin sistem terbaik di Polri akan terus berlangsung, tidak hanya mengandalkan orang-perorang atau pimpinan semata.

Jika ditelusuri, dari akarnya, duet mantan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Jenderal Idham Azis, adalah sosok yang tangguh di lapangan. Berdua skondan elite detektif Jakarta. Berdua, juga lama dalam penugasan bersama dari Tim Anti Teror dan Bom (ATB) Polda Metro Jaya yang menjadi cikal bakal Detasemen Khusus 88.

Sebagai bagian Tim Densus 88, pekerjaan yang mereka lakoni bisa lebih berat 10 kali dari anggota polisi biasa. Selain, penugasan surveilance kepada para pelaku teror dan jaringannya yang bisa memakan waktu berbulan-bulan tak pulang ke rumah, mereka juga terkadang harus siap menyambung nyawa, menghadapi aksi nekat para teroris.

“Kami beruntung, masih selamat,” ujar Jenderal Tito dalam satu perbincangan santai mengenang penugasan kontra terorisme dari Bom Bali, Bom Kuningan, konflik Ambon dan Poso, hingga ke kamp pelatihan teroris di pedalaman Aceh dalam operasi-operasi Detasemen Khusus 88.

Masih hangat di ingatan publik, ketika beredar di sosial media foto Idham Azis dan Tito Karnavian muda, saat masih menjadi tim pemburu teroris, wajah mereka nampak pucat dan lelah karena kurang tidur.

Maka, ketika dua jenderal berada di puncak karier sebagai pimpinan Polri. Pastilah mereka akan memberikan darma bakti terbaik, mereka tidak akan menciderai jalan terjal dan berliku yang sudah mereka lalui.

Memang bukan pekerjaan mudah, ini karena spektrum pekerjaan polisi begitu luas, dan lebih banyak berhubungan dengan masalah. Kerja polisi kerap harus “mengelap” residu dari semua aktivitas sosial, kemasyarakatan, hingga urusan politik.

Karena tugas polisi akan selalu berhadapan langsung dengan publik, pada posisi itulah satu kesalahan kecil saja seorang anggota akan berimbas luas. Bahkan, pimpinan dan institusi menjadi taruhannya.

Ini berbeda, jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga lain yang punya tugas spesifik pada satu persoalan. Maka, bisa dibayangkan untuk masuk tiga besar urutan teratas indeks kepuasaan publik saja, bagi Polri bukan perkara yang mudah. Apalagi, ini rangking dua teratas, pasti butuh kerja keras dan kerja cerdas. Salut.

Jenderal Idham Azis, sebagai penerus Jenderal Tito, pastilah tahu betul derajat standar operasi dan kerja keras pendahulunya. Karena itu, Jenderal Idham pastilah tidak akan menurunkan standar itu, dan inilah yang akan menjadi sistem bagi generasi Polri selanjutnya, mereka harus terus profesional, modern dan terpercaya.

Promoter yang tak hanya slogan semata, tetapi sudah melekat dalam setiap diri setiap anggota Polri yang akan dirasakan kehadirannya oleh publik. Sehingga, bukan memuji diri sendiri, tetapi penilaian lembaga luar atau oversight seperti hasil survey Alvara ini menjadi cerminannya.

Edy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  7  =  12