Channel9.id-Jakarta. Indonesia dibayang-bayangi krisis pangan di tengah Pandemi Covid-19. Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa, sejak dua tahun terakhir, provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat yang merupakan provinsi produsen utama beras secara nasional mengalami penurunan jumlah produksi.
“Produksi beras di Indonesia pada 2019 lebih rendah dibanding 2018, penurunan ini juga diperkirakan masih akan berlanjut di tahun ini saat Indonesia juga menghadapi pandemi COVID-19,” tuturnya dalam diskusi online yang dilaksanakan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) bertajuk “Pertanian Pangan di Lahan Gambut: Menjawab Tantangan Krisis Ekologi Ketahanan Pangan dan Kesehatan”, Jumat, 12 Juni 2020.
Andreas menyatakan tantangan dalam mewujudkan pelaksanaan agroindustri untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia tidak hanya semata pada isu lingkungan, namun juga keterbatasan para petani dalam memasok produk dalam kuantitas besar.
Andreas menuturkan kedaulatan petani kecil atas pangan atau food sovereignty merupakan komponen penting karena ketahanan pangan jangka panjang tergantung pada mereka yang memproduksi bahan pangan.
“Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada,” tandasnya.
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead mengatakan, pemenuhan Potensi Petani Kecil di Lahan Gambut Badan Restorasi Gambut, sejak awal berdiri, melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan potensi petani di lahan gambut. BRG menurut dia, mengajak petani memanfaatkan lahan gambut terdegradasi, terbuka, terlantar menjadi lahan produktif.
“Selain bisa meningkatkan fungsi ekonomis, pemanfaatan lahan gambut yang sudah terbuka ini bisa mengurangi resiko kebakaran di musim kemarau. Bekerja erat dengan petani lokal, BRG mempraktekkan budidaya di lahan gambut tipis ini di lebih dari 300 desa di Sumatera dan Kalimantan dengan menanam padi, nanas, talas, sagu, serta juga peternakan, dan perikanan,” ucapnya.
Masyarakat pun sudah terbiasa mengkonsumsi hasil budidaya di lahan gambut tersebut.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Kementerian Pertanian dan BRG, setidaknya ada 14 komoditas untuk bisa ditanami di gambut. (IG).