Nasional

Kemendikbud Susun Strategi Balai Guru Penggerak

Channel9.id – Jakarta. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) , Kemendikbud Iwan Syaharil menyatakan, pihaknya kini sedang menyusun strategi kelembagaan untuk Balai Guru Penggerak (BGP) dengan target menghadirkan Balai Guru Penggerak di setiap provinsi.

Dalam hal ini, Kemendikbud berupaya mengoptimalkan beberapa lembaga yang bisa membentuk ekosistem belajar guru yang inklunsif. Misalnya, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

“Strategi kelembagaan yang sedang kami kaji mana yang terbaik. Memanfaatakan yang sudah ada dan itu lebih efektif, efisien,” kata Iwan dalam diskusi daring ‘Potensi BLU Satker Kemendikbud Pasca Pandemi Covid-19’, Sabtu (6/6).

Iwan menyatakan, untuk mewujudkan ekosistem belajar guru yang inklusif, perubahan status kelembagaan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) merupakan opsi yang tepat. Lantaran, tidak terikat regulasi yang kaku, sehingga semua bisa terlibat, mulai dari guru, kepala sekolah, komunitas, penggiat pendidikan, dan akademisi.

“BLU itu memberikan cara kerja yang bisa memfasilitasi itu tadi, karena bisa PNS non PNS pelatihan lebih fleksibel, ownership lebih enak tidak terikat regulasi kaku. Itu kami lihat sebagai potensi,” ungkapnya.

Menurut Iwan, kegiatan yang dilakukan di PPPPTK misalnya, tidak perlu menunggu anggaran cair baru melaksanakan pelatihan, seperti selama ini terjadi. Iwan menyebut kegiatan bisa dilaksanakan secara gotong royong.

Kegiatan pelatihan yang berkesinambungan, kata dia, dapat membuat guru memiliki kemampuan untuk merespons permasalahan pembelajaran siswa. Dengan begitu, tujuan pendidikan untuk memberikan pelayanan kepada murid dapat tercapai.

Oleh karena itu, BGP harus hadir di setiap daerah. Sebab, kapasitas guru pasti berbeda dan perlu ditingkatkan, sehingga guru menyesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi.

“Kita ingin pembelajaran guru relevan. Kan misal guru di Kupang berbeda tantangannya kalau misakan di Bandung, artinya kami ingin ada ownership, bukan hanya konteks apa yang bisa dilatih, tapi juga apa yang dilatih,” ujarnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  10  =  17