Channel9.id-Jakarta. Kementerian Perindustrian fokus untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri melalui hilirisasi di sektor industri berbasis agro, bahan tambang dan mineral serta migas dan batu bara pada 2022. “Khusus industri berbasis agro, dapat kami sampaikan bahwa industri kelapa sawit menunjukkan progres hilirasi yang sangat baik,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di DPR, Rabu, 2 Februari 2022.
Agus memaparkan, pada 2021, rasio volume ekspor bahan baku produk hilir adalah sebesar 9,27 persen bahan baku dibanding 90,73 persen produk hilir. Sedangkan untuk ragam jenis pada 2021 terdapat 168 jenis produk hilir kelapa sawit.
Dia menjelaskan hilirisasi kelapa sawit yang diolah menjadi margarin, menghasilkan nilai tambah dua kali lipat dan menjadi tiga kali diolah menjadi sabun mandi. Sedangkan margarin yang dijadikan kosmetik nilai tambahnya mencapai enam kali lipat.
Terkait dengan program B30, program ini telah berhasil menghemat devisa sebesar US$ 4,54 miliar dan mengurangi emisi hingga 24,4 juta ton CO2. Selain itu program ini menyerap tenaga kerja on farm sebanyak 1,15 juta orang dan off farm sebanyak 8.600 orang.
Untuk pengembangan industri berbasis migas dan batu bara, saat ini sedang berjalan investasi pembangunan pabrik petrokimia pengolahan naphta PT Chandra Asri dan PT Lotte Chemicals. Proyek ini akan mengolah naphta dengan total 6,8 juta ton per tahun untuk diproduksi antara lain menjadi etilena, propilena, butadiena, benzena, dan lainnya.
“Termasuk proyek petrokimia PT Pertamina di Balongan dan Tuban. Dengan semua investasi tersebut diharapkan Indonesia akan menjadi negara Petrokimia Nomor satu di ASEAN,” ujar Agus.
Adapun pengembangan industri berbasis tambang dan mineral, saat ini tumbuh pesat industri smelter nikel yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) feronikel, nikel hidrat dan stainless steel. Hingga saat ini, terdapat 27 smelter (pyrometallurgy dan hydrometallurgy nikel) yang sudah beroperasi, 32 tahap konstruksi, dan enam tahap feasibility studies (FS).
Menurut Agus, hilirisasi berbasis nikel akan meningkatkan nilai tambah bijih nikel menjadi produk smelter seperti NPI dan feronikel (FeNi) untuk pyrometalurgy dan mix sulphide precipate (MSP). Selain itu untuk mix hydroxide precipate (MHP) untuk hydrometallurgy sebesar 14 kali lipat.
Sedangkan untuk produk stainless steel hulu seperti slab dan billet, nikel dan kobalt sulfat serta nikel mate terjadi 19 kali lipat peningkatan nilai tambah apabila dibandingkan dengan bijih nikelnya.