Channel9.id – Jakarta. Pancasila sebagai pedoman bangsa dan negara berkontribusi sangat besar menyatukan perbedaan yang bisa memecah belah bangsa.
Meski bukan agama, Pancasila mampu menjadi titik temu berbagai pandangan soal negara yang diusung para Founding Father bangsa di awal kemerdekaan Indonesia.
Kemudahan Pancasila dalam menerima interpretasi sesuai perkembangan dan kebutuhan zaman, menunjukan bentuknya yang fleksibel dan dinamis. Namun, Pancasila memiliki sisi ajek yang tak bisa diubah, yakni nilai ketuhanan.
Demikian disampaikan KH Ni’am Sholeh dalam halal bihalal secara virtual Garda Pemuda Nasdem, Senin (1/6).
“Dengan demikian, seluruh gagasan dan tindakan yang menegasikan seluruh komitmen ketuhanan itu ditolak,” kata Ni’am.
Ni’am menegaskan, nilai ketuhanan menjadi jiwanya Pancasila. Tanpa ada nilai ketuhanan, sebuah bangsa tak akan menjadi bangsa yang beradab.
“Karena berbangsa dan bernegara kita untuk ketuhanan,” katanya.
Tak hanya nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan juga sudah tetap. Kemanusiaan harus menuju ke arah peradaban manusia yang berakal dan bertaqwa.
“Namun, di satu sisi ada sifat dinamis dari peradaban manusia. Terminologi peradaban manusia adalah bentuk norma masyarakat yamg sifatnya universal dan praktis,” katanya.
“Peradaban yang sifatnya universal ini contohnya seperti tiap orang pasti menghormati orang tua. Sedangkan, yang praktis, tiap budaya memiliki tindakan berbeda-beda untuk menunjukan rasa menghormati. Misalnya di Jatim, bentuk menghormati dengan mencium tangan, tapi bisa saja di belahaan dunia lain tidak seperti itu,” lanjutnya.
Tak kalah penting dari kedua nilai itu adalah nilai persatuan. Dalam kaca mata Agama, menurut Ni’am, meski Indonesia terdiri dari berbagai agama, hal itu tidak menunjukan suatu perbedaan yang bisa memecah belah.
Selama, masyarakat berjalan dalam komitmen nilai persatuan dan ketuhanan dalam Pancasila, perbedaan tersebut menjadi rahmat.
“Hatinya harus bersatu, bila tidak perbedaan itu akan membuat pecah belah. Seperti organisasi, meski berasal dari latar belakang berbeda, tapi bisa disatukan dengan nilai dasar yang dipegang organisasi. Ini bisa menyatukan,” pungkasnya
(Hendrik)