Channel9.id-Jakarta. Kini bambu semakin diminati untuk desain arsitektur bangunan modern. Di lain sisi, masyarakat tradisional sejatinya telah lama memberdayakan tumbuhan ini sebagai komponen beragam jenis perkakas, bahkan sebagai bahan bangunan.
Ketua Yayasan Bambu Indonesia Jatnika Nanggamiharja mengatakan bahwa banyak masyarakat yang kehidupannya tidak lepas dari bambu. Mereka memanfaatkan bambu untuk membuat perkakas makanan, alat musik, hingga mainan anak-anak. Tak heran bila bambu tumbuh di banyak tempat di Indonesia.
“Hampir seluruh rumah di Indonesia pasti ada bambu, misalnya, kalau di Jabar disebut, hihid, hawu, song song, ayakan, patis, bilik, eggrang, dan lain sebagainya,” imbuhnya di acara diskusi daring, Kamis (16/7).
Pria yang kerap disapa Abah Bambu ini menjelaskan bahwa bambu sudah digunakan pada abad ke-24 SM di masa Kerajaan Salakan Nagara. Kemudian berlanjut ke Tarumanegara hingga akhirnya masih dimanfaatkan sampai sekarang.
Cara Tepat Menebang dan Mengawetkan Bambu
Dari rentetan waktu sepanjang itu, pengetahuan tentang waktu penebangan dan pengawetan bambu diwariskan hingga kini. Ketepatan keduanya sangat mempengaruhi kualitas bambu. Terlebih bila akan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Berpacu pada pengetahuan itu, Jatnika menjelaskan waktu yang tepat untuk menebang berdasarkan beberapa hal, di antaranya: jam tebang, hari tebang, bulan tebang, mangsa tebang, dan tanda-tanda tebang.
“Terkait jam tebang, sebaiknya bambu itu tidak ditebang di pagi hari karena kadar airnya tinggi. Jika ditebang, bambu lemah karena kadar gulanya tinggi. Sebaiknya, ditebang pada jam 12 ke atas, pada saat daunnya sedang layu. Dan baiknya hari selasa dan sabtu. Karena naiknya ruas bambu pada hari-hari itu. Jadi biasanya ditebang kena hama bambu di ruasnya di hari itu,” jelasnya.
Selanjutnya, berpacu pada bulan tebang. Sebaiknya jangan menebang bambu saat musim keluar rebung (anaknya). Pasalnya, bambu ini sedang lemah lantaran sedang mengeluarkan zat kepada anaknya. Jika diberi obat apa pun, bambu tetap tidak baik sehingga salah jika ditebang.
“Lalu, terkait mangsa tebang, bambu jangan ditebang saat malam sedang terang bulan. Karena kadar air di permukaan tanah itu naik. Nanti bambu ngehisap air itu sehingga kadar air di waktu itu sangat tinggi. Dan ini membuat bambu lemah,” tutur Jatnika.
Kemudian kehadiran burung yang ia sebut ‘kecruk’ merupakan pertanda bahwa musim tebang telah datang. Tanah pun cenderung kering.
Tak hanya itu, Jatnika menyebutkan, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan sebelum memilih bambu untuk ditebang.
“Bambu bisa ditebang kalau ga ada kelopaknya dan berjamur, itu tandanya bambu sudah tua. Kalau diketuk, bunyinya nyaring. Lalu, kalau ada warna coklat di ruasnya. Selain bambu betung, akarnya sudah naik ke atas. Kalau bambu betung, masih muda sudah berakar,” jelasnya.
“Bambu sebaiknya dipanen ketika bukan musim hujan karena tanah lembab. Justru lebih bagus saat dipanen ketika tanah sedang kering,” ungkapnya.
Sementara itu, pengawetan bambu dilakukan dengan cara tradisional. “Jadi bambu direndem dengan daunnya sendiri minimal selama satu bulan,” sambung Jatnika.
“Hal yang paling penting itu menebang bambu dengan betul sehingga kualitasnya bagus, dan menyimpan bambu itu harus diberdirikan agar rata terkena terpaan angin,” katanya.
Kuat Sebagai Bahan Bangunan
Jatnika mengatakan, hingga kini ada sekitar 1.250-an jenis bambu di seluruh dunia. Namun, 151 di antaranya yang di Indonesia memiliki kualitas terbaik.
Dari banyak jenis itu, ada tiga jenis yang khusus digunakan untuk bahan bangunan, yaitu: bambu betung (untuk bagian bawah bangunan, berdiameter besar dan tebal), bambu gombong (untuk struktur atap/kuda-kuda), dan bambu tali (untuk bagian atas/atap).
“Saya perkirakan ketahanan bangunan dari bambu bisa sampai 20 tahun. Tapi ternyata ada yang bisa lebih dari 37 tahun. Lalu di Lapangan Banteng, kami bangun masjid di Pondok Indah, dibangun 1997 sampai sekarang masih ada. Peminatnya banyak sampai 300-an orang, padahal dulu sempat dikira mau bangun kandang sapi,” tutur Jatnika.
Ia berharap ke depannya pamor bambu semakin terangkat. Ia juga menilai bambu memang layak dijadikan bahan bangunan.
“Kalau kayu hutan itu hari ini bisa ditanam, kalau nanti ditebang, 50 tahun kemudian baru bisa tumbuh lagi. Berbeda dengan bambu, setelah 5 tahun ditebang, dia akan terus tumbuh. Jadi, kita bisa terus panen. Itu kelebihannya di bambu. Bambu juga sudah dikenal masyarakat banyak, jadi masyarakat tidak akan kaget,” ujar Jatnika.
(LH)