Channel9.id – Jakarta. Korea Utara (Korut) dilaporkan meningkatkan produksi persenjataannya, Senin (14/8/2023). Beberapa pakar menyatakan bahwa hal ini berkaitan dengan latihan gabungan militer Korea Selatan-Amerika dan konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Kenaikan produksi persenjataan ini merupakan respons terhadap latihan gabungan militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika yang dianggap oleh Korut sebagai latihan invasi ke wilayahnya. Selain itu, Reuters melaporkan bahwa peningkatan produksi juga berkaitan dengan penyuplaian senjata untuk Rusia dalam konfliknya dengan Ukraina.
Media resmi negara Korut melaporkan bahwa Kim Jong Un baru-baru ini mengunjungi beberapa pabrik produksi senjata, termasuk pabrik produksi misil taktis. Selama kunjungan tersebut, Kim meningkatkan target produksi untuk memenuhi kebutuhan militer di garis depan.
“Kesiapan kualitatif dalam perang sangat bergantung pada perkembangan industri amunisi, dan pabrik-pabrik memegang peran krusial dalam mempercepat persiapan perang tentara rakyat Korea,” kata Kim, seperti yang dilaporkan media negara tersebut.
Reuters juga menyebutkan bahwa ekspansi persenjataan ini merupakan respons atas hubungan diplomasi dengan Amerika Serikat. Pada 2019, upaya diplomasi oleh Presiden Donald Trump mengalami kegagalan. Sejak 2022, lebih dari 100 roket telah diuji coba oleh militer Korut sebagai peringatan terhadap latihan gabungan antara Amerika dan Korea Selatan.
Dalam konteks ini, beberapa analis berpendapat bahwa upaya penguatan militer ini bertujuan untuk mendapatkan konsesi dari pemerintah Amerika Serikat, seperti pelonggaran sanksi ekonomi.
Sementara itu, berkaitan dengan Rusia, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, sebelumnya telah bertemu dengan pemerintah Korea Utara saat kunjungannya ke Pyongyang. Pertemuan tersebut membahas penjualan amunisi untuk konflik dengan Ukraina.
Baca juga: Korea Utara Pamer Senjata pada Perayaan Hari Kemenangan
Dikabarkan bahwa Kim tengah memperkuat hubungannya dengan Tiongkok dan Rusia sebagai respons terhadap tekanan eksternal, terutama berkaitan dengan program nuklir dan dampak ekonomi dari COVID-19.