Nasional

KPAI Jelaskan 4 Cara Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak

Channel9.id – Jakarta. Kasus seorang anak dicium dua kali oleh pria tak dikenal saat sedang berada di depan sebuah toko terekam oleh CCTV. Hal itu jelas merupakan tindakan pelecehan seksual terhadap anak.

Retno Listyarti, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Selasa 28 Juni 2022, menyampaikan, anak-anak memang cukup rentan terhadap semua jenis pelecehan dan kekerasan seksual. Sebab, pada usia tersebut, anak-anak seringkali masih dianggap tidak berdaya dan tidak memiliki banyak pengetahuan tentang bahaya serta cara melindungi diri.

Kebanyakan anak yang menjadi korban pelecehan seksual tidak menyadari atau memahami bahwa Tindakan yang dilakukan oleh pelaku pada dirinya merupakan sesuatu yang tidak wajar. Jadi, Ketika ada ada orang asing yang menciumnya di tempat umum, seorang anak bingung dan tidak tahu harus bereaksi apa. Nah, disinilah peran orang dewasa dalam melindungi anak, termasuk aparat penegak hukum.

Baca juga: Kasus Orang Asing Cium Anak di Gresik Tidak Wajar, KPAI Dorong Polisi Periksa Pelaku

Ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan para guru dan orangtua untuk diajarkan pada anak sejak dini, agar terhindar dari pelecehan dan kekerasan seksual, yaitu :

Pertama, Ajarkan Anak memahami otoritas tubuhnya

Orangtua penting mengajarkan anak tentang otoritas tubuh atau kekuasaan mereka terhadap tubuhnya sendiri adalah salah satu atasan penting, untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual pada anak. Otoritas tubuh secara umum mengajarkan anak tentang atasan pada dirinya. Termasuk juga mengajarkan tentang area tubuh mana yang tidak boleh disentuh sama sekali oleh orang lain, kecuali anak berada dalam penanganan medis.

“Area tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain bahkan orang tua sekalipun tanpa izin antara lain terutama dada, alat kelamin, pantat, dan bibir. Dengan menjelaskan tentang hal tersebut kepada anak, maka diharapkan anak bisa melindungi dirinya dari risiko terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual. Otoritas tubuh juga membuat anak paham bahwa mereka punya hak menolak hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman,” ujar Retno

Pendidikan tentang otoritas tubuh dapat diajarkan pada anak sedini mungkin. Ketika anak berusia 3 hingga 4 tahun, biasanya Ia sudah mulai memperhatikan dunia disekitarnya, dan Ia mulai bisa belajar untuk mengenali tubuhnya sendiri, serta membandingkannya dengan orang lain atau teman-teman di sekitarnya. Pada masa tersebut, anak juga bisa mulai memahami bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. Ketika anak mulai mengeksplorasi lingkungannya, maka itu adalah kesempatan terbaik untuk Anda juga mengajarkannya tentang otoritas tubuh dan cara lain melindungi diri dari pelecehan seksual.

Kedua, Mengajarkan tentang anatomi tubuh

Sejak kecil anak-anak hendaknya diajarkan tentang anggota tubuhnya. Namun, tidak jarang, banyak juga orang tua yang memilih menggunakan berbagai istilah lain untuk menyebut anggota tubuh yang dianggap tabu. Seperti menyebut “burung” untuk Mr P, ataupun menggunakan kata “gunung” untuk payudara. Padahal, sebenarnya cara tersebut tidaklah baik.

“Meski tidak mudah, Anda sebaiknya mengajarkan anak tentang tubuhnya sesuai dengan nama yang sebenarnya, seperti kata payudara, Mr P dan Miss V. Mengubah penyebutan atau memperhalusnya, bisa menyebabkan terjadinya salah tafsir, oleh karena itu Anda tidak perlu mengubahnya”, urai Retno

Ketiga, Ajarkan anak untuk berkata TIDAK

Ajarkanlah anak untuk berkata tidak pada setiap ajakan yang berasal dari orang-orang yang dikenal maupun tidak. Terutama berkata tidak untuk permintaan dan ajakan yang mengarah pada pelecehan seksual. Seperti, permintaan seseorang untuk menyentuh bagian tubuhnya.

“Jelaskan juga kepada Anda, bahwa dia berhak menolak dengan tegas, jika seseorang tersebut mengatakan bahwa menyentuh bagian tubuhnya merupakan hal yang wajar sebagai bentuk sayang atau perhatian. Jelaskan juga bahwa anak bisa melaporkan pada orang terdekat atau guru, jika ada orang lain yang dirasa mencurigakan atau mengajarkan hak-hal aneh kepadanya”, tegas Retno

Keempat, jaga komunikasi dengan anak

Menjaga komunikasi dengan anak adalah hal yang sangat penting, tujuannya agar anak terbiasa menceritakan segala hal yang terjadi dalam kehidupannya, kepada orang tua. Dengan komunikasi yang baik, anak-anak tidak ragu untuk berterus terang kepada orang tua tentang apa yang telah mereka alami. Ingatkan juga kepada anak, bahwa Anda selalu ada disampingnya, sehingga anak tidak perlu takut untuk menceritakan berbagai hal kepada orangtuanya.

“Pelecehan seksual bukanlah suatu hal yang mudah untuk diceritakan, namun, dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, ini dapat memungkinkan terbukanya informasi, termasuk hal negatif sekalipun”, pungkas Retno.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

35  +    =  43