Channel9.id-Jakarta. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan adanya anak di bawah umur yang ikut aksi menentang UU Cipta Kerja yang digagas oleh PA 212 cs, Selasa (13/10).
Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak Jasra Putra menuturkan, saat berada di kawasan Monas, Jakarta Pusat, ia melihat anak-anak kembali jadi martir terdepan dengan mereka berani melempari kepolisian.
“Bahkan nampak ada yang mendekat pasukan bermotor kepolisian,” jelas Jasra dalam keterangan persnya, Selasa (13/10).
Jasra menuturkan, dari cerita yang ia dapat, anak-anak tersebut berangkat dari arah Tangerang dengan menumpang mobil beberapa kali.
“Mereka dua kali dari Cengkareng naik mobil bak. Dari Cengkareng sampai Grogol kemudian dari Grogol sampai Harmoni. Dari Harmoni mereka jalan sampai disini (Monas),” jelas Jasra.
Ia menuturkan, dari alasan anak-anak itu, mereka ikut aksi karena pembelajaran jarak jauh (PJJ) di rumah.
“Kata mereka meski PJJ tapi lama lama hanya tugas yang diberikan guru. Sehingga mereka libur panjang dan sering nongkrong. Teman sebelahnya berseloroh sekarang lebih banyak tawuran,” imbuh Jasra.
Jasra makin kaget karena anak-anak itu nampak merokok meski berusia di bawah umur dan masih SMP.
“Mereka kemudian lanjut, nampak seorang ibu penjual berteriak rokok ketengan rokok ketengan, kemudian mereka membeli. Setelah itu mereka menuju gerobak jualan es,” terang Jasra yang mengaku makin prihatin karena pandemi corona masih mengancam ini.
Baca juga: Polisi Pukul Mundur Pengunjuk Rasa di Patung Kuda
Ia menjelaskan, dari pengamatan KPAI dari tahun 2017-2019, pelibatan anak dalam kampanye pilkada, pilpres trennya meningkat.
Namun kenyataannya, anak-anak lebih massif pada aksi penolakan RUU, seperti RKUHP, RUU KPK, RUU HIP, dan Undang Undang Cipta Kerja.
Padahal malam sebelumnya (09/10) saat mendatangi Polda Metro Jaya melakukan koordinasi disampaikan ada 5 anak menjalani proses hukum pasca demo Kamis sore karena terlibat kerusakan fasilitas publik. Kemudian koordinasi di (10/10) dengan Mabes Polri, terlaporkan 3.565 anak telah diamankan.
“Tentu saja dengan kerusuhan hari ini akan menambah barisan anak anak yang diamankan. Mengapa harus anak anak,” imbuh Jasra.
Ia menyebut, anak-anak menjadi kelompok rentan didalm lautan massa seperti ini, apalagi kondisi pembatasan selama pandemi, menambah ketertekanan anak.
Tentu dengan membanjirnya informasi ini, menyebabkan anak anak mudah terlibat, akibat kondisi psikologis mereka.
Ditambah kepemahaman mereka yang masih dalam tahap berkembang disertai emosional yang belum stabil. Maka memudahkan anak anak menjadi martir kekerasan. Ini yang harus disadari para penyelenggara demonstrasi.
“Tanpa harus bilang mereka sedang mengajak anak pada ancaman jiwa dan mudahnya mereka terpengaruh dalam psikologis aksi massa,” jelas Jasra.
KPAI sangat khawatir bila kondisi ini terus berlangsung berhari hari. Maka trennya anak anak akan semakin banyak yang terlibat.
“Dan kecenderungn demonstrasi rusuh selalu melibatkan anak anak,” papar dia.
Untuk itu, lanjut Jasra, KPAI akan melaksanakan sidang pleno dengan memanggil lintas kementerian dan lembaga, OKP pelajar berbasis agama, ormas, dan Forum Anak Nasional dalam urun rembug situasi yang melibatkan anak-anak ini.
IG