Channel9.id – Jakarta. Riset terbaru temukan dampak dari polusi terhadap perkembangan anak meskipun polusi berada di tingkat aman.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis panduan kualitas udara global (AQGs) pada 2021 yang menyebut bahwa polusi udara memiliki kaitan erat dengan perubahan iklim. Dampak dari kedua hal tersebut harus jadi perhatian bersama. Panduan dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini merupakan revisi dari panduan mengenai udara yang telah dibuat pada tahun 2005.
Polusi udara disebut memiliki keaitan dengan penyaki serius yang dapat mengancam nyawa seperti obesitas, diabetes, Alzheimer dan Dementia. Berbagai penyakit tersebut erat kaitannya dengan partikel PM 2.5. International Agency for Research on Cancer juga menyebut bahwa partikel kecil yang dilihat dengan mikroskop electron ini amat berkaitan dengan kanker.
Di Jakarta sendiri, PM 2.5 merupakan polutan utama. Per 23 Juni, IQAir secara realtime menilai udara Jakarta tidak sehat dengan konsentrasi PM 2.5 mencapai 40.1µg/m³. Jumlah tersebut merupakan delapan kali lebih tinggi dari panduan tahunan WHO. Kualitas udara Jakarta ini digolongkan tidak sehat untuk kelompok sensitif.
Kendati demikian, polusi udara di tingkat aman pun masih dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan anak-anak. Dalam studi terbaru yang dirilis pada 2023, menyebut bahwa tingkat polusi udara yang lebih rendah dapat menggangu hubungan di wilayah otak. Hal tersebut berdampak pada pengembangan kognitif.
Penelitian ini dilakukan oleh Davyn L. Cotter dan rekan dari University of Southen California. Studi ini menggunakan kerangka teoritik Adolescent Brain Cognitive Development terhadap 9000 orang partisipan. Anak berusia sembilan sampai 12 tahun merupakan usia partisipan riset.
Keterhubungan antara wilayah di otak ini sangat penting untuk tahap pengembangan dan fungsi harian. Keterhubungan antara bagian-bagian ini sangat penting untuk fungsi otak dalam mengumpulkan serta mengolah informasi.
Baca juga: Studi Temukan Hubungan Polusi Udara dan Perubahan Iklim
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika (EPA – Environmental Protection Agency) telah menyebut bahwa kondisi udara negeri paman sam itu tergolong aman. “Secara rata-rata polusi udara di Amerika itu cukup rendah, tapi kami masih melihat hubungannya di otak,” ucap Devyn Cotter. Ia juga menyinggung perlunya regulator untuk memperhatikan temuan terbaru ini untuk memperkat standar yang baik.
Dilansir dari Medical Daily, peneliti tersebut menggunakan data pemerintah untuk menakar tingkat PM 2.5, Nitrogen Dioxide (NO2) dan Ozone permukaan (03) dalam memetakan polusi udara terhadap partisipan riset. Studi ini menemukan bahwa ketiga partikel tersebut berdampak pada partisipan.
Eksposur tinggi anak terhadap PM 2.5 menyebabkan meningkatnya keterhubungan antar area otak, sedangkan NO2 mengurangi keterhubungannya. Sedangkan eksposur terhadap O3 memiliki dampak lebih ke bagian kulit otak daripada wilayah penting otak lainnya.
(FB)