Ekbis

Kuasai 14 Komoditas Kritis, MIND ID Fokus Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik

Channel9.id – Jakarta. Holding BUMN pertambangan, MIND ID, mengumumkan bahwa saat ini mereka menguasai 14 dari 47 komoditas tambang yang diklasifikasikan sebagai mineral kritis. Langkah ini diambil untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem baterai kendaraan listrik.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo menyampaikan pihaknya telah menyusun roadmap untuk mengelola mineral strategis dan kritis di Indonesia. Fokus utama mereka adalah pada mineral yang mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik guna meningkatkan perekonomian nasional.

Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak berencana menguasai seluruh komoditas mineral strategis yang ada. Sebaliknya, MIND ID akan fokus pada mineral yang memiliki peran penting dalam ekosistem baterai kendaraan listrik.

“Kita gak mau mineral strategis semua kita kuasai, hanya yang penting dan mendukung ekosistem EV battery, itu yang kita kelola upstream, midstream, hilirisasi dan penguasaan pasar, itu yang perlu kita kelola, baik tata kelola dan niaganya,” kata Dilo dalam MINDialogue CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip pada Senin (24/06/2024).

Ia menuturkan ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu industri strategis utama yang tengah diperkuat oleh pemerintah. Untuk itu, MIND ID selaku perusahaan milik negara akan terus memastikan pemenuhan mineral kritis di dalam negeri untuk mendukung industri tersebut.

“MIND ID mendukung pengembangan industri strategis di Indonesia yang dalam hal ini EV Battery Ecosystem. Itu yang kita kelola baik dari upstream, midstream hilirisasi sampai penguasaan pasar yang perlu kita kelola tata niaganya,” katanya.

Dilo menyampaikan, kebutuhan mineral untuk memproduksi baterai kendaraan listrik cukup besar. Setidaknya dalam satu EV battery mengandung 33,34% grafit/karbon, 25% nikel, 19,23% aluminium, 12,82% tembaga, serta mangan, kobalt dan lithium dengan masing-masing 3,21%.

Dalam konteks ini, MIND ID optimis permintaan komoditas mineral untuk kendaraan listrik akan terus meningkat. Besarnya permintaan ini turut mengerek kebutuhan sekaligus harga mineral yang dimiliki Indonesia mulai dari nikel, timah hingga aluminium.

Oleh karena itu, Dilo berpendapat kondisi ini perlu disikapi dengan penerbitkan regulasi yang mengatur tata kelola dan tata niaga mineral kritis dan strategis di dalam negeri.

“Kita juga perlu mengontrol demand supply dunia. Apalagi kita sebagai pemain utama dalam konteks supply chain (komoditas mineral) dunia. Makanya (misalnya) begitu timah RKAB tersendat, harga (di pasar dunia) langsung naik,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Vice President Macquarie Group Dony Setiady menyebut Indonesia, melalui MIND ID, memiliki peluang dalam pengembangan mineral kritis.

“Kalau kita melihat dari sisi MIND ID resourcesnya sudah cukup banyak dan kita lihat Indonesia di tahun 2023 sudah menyuplai 55 persen kebutuhan nikel global dan pada 2029 diprediksi akan meningkat 75 persen sampai 80 persen,” kata Dony.

Menurutnya, peran Indonesia sangat krusial dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik global.

Selain peningkatan permintaan global untuk nikel, permintaan untuk komoditas mineral lain seperti tembaga pun juga diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya.

“Sehingga sebetulnya posisi MIND ID ini sangat strategis sekali karena memiliki (sumber daya) kebutuhan mineral di masa mendatang,” jelas Dony.

HT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5  +  1  =