Channel9.id-Jakarta. Theater Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menayangkan sebuah film bersifat edukatif dan inspiratif dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) berjudul ‘Langkah-langkah Kecil’. Penayangan film ini merupakan rangkaian serial dokumenter inspiratif “The Hidden Gem of Nusantara’.
Film ini mengisahkan cerita dari Sumba, Nusa Tenggara Timur yang berporos pada potongan kisah hidup seorang anak perempuan bernama Sara.
Selain menampilkan kompilasi berbagai destinasi wisata di Sumba Barat dan Sumba Timur, film ‘Langkah-Langkah Kecil’ ini memberikan sebuah wawasan kepada para penonton tentang harapan, perjuangan dan cita-cita.
“Film ini bercerita tentang bagaimana Sara yang sehari-hari menjalani hidupnya dengan sederhana, harus berjalan kaki belasan kilometer untuk sekolah setiap hari sejak SD dengan sebuah tujuan yaitu untuk mencapai cita-citanya sebagai tenaga didik yang akan kembali memajukan pendidikan di daerahnya,” kata Herijanto Judarta selaku CEO dari Mahaka Visual Indonesia, kepada wartawan, beberapa waktu yang lalu.
Lebih lanjut, Herijanto menerangkan, ketika Sara dipertemukan dengan tiga wisatawan dari kota yang ingin membantu Sara, Sara sempat mengira mereka adalah solusi dari apa yang selama ini diharapkan Sara. Namun ternyata, fakta berkata lain.
Tiga petualang muda yaitu Jay yang diperankan Fahri Muhammad, seorang sport activity trainer, Jesi diperankan oleh Tabhita, seorang influencer fashion, serta Krisna diperankan oleh Christoforus Vio, seorang praktisi musik.
“Ketiganya yang merupakan karakter representasi dari kita semua yang seringkali memandang sebelah mata terhadap ketulusan dan perjuangan anak-anak daerah,” terang Herijanto.
Sehingga, seringkali kita malah bersikap naif, menganggap enteng atau bahkan mencurigai mereka dan mengabaikan berbagai hal yang sebetulnya sangat esensi terhadap kehidupan dan cita-cita anak-anak di pelosok Indonesia.
Herijanto memberikan penekanan cerita pada unsur kemanusiaan dan berharap film inspiratif kedua ini bisa menjadi pengingat, penyemangat sekaligus ucapan syukur bagi kalangan anak didik Indonesia yang mendapatkan berbagai fasilitas dan kemudahan dalam dunia pendidikan, sehingga menjadi apresiasi dan refleksi bagi kehidupan mereka.
Penayangan di Keong Mas juga menyajikan sebuah pengalaman tak terlupakan bagi para penonton, yakni melalui media layar raksasa berukuran 30x18m dengan memanfaatkan teknologi Proyektor Laser 3LCD Epson EB-PU2220B berkekuatan 20.000 Lumens dengan ketajaman gambar WUXGA & 4K Enhancement serta warna yang memukau dan alami selayaknya menyaksikan langsung keindahan alam Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Dari sisi teknis produksi, lanjutnya, salah satu tantangan yang paling nyata adalah belum tersedianya jaringan listrik di berbagai titik-titik pelosok sehingga tim produksi harus bekerja secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan sumber daya listrik dari baterai yang dibawa.
Sedangkan dari sisi non-teknis, kata Herijanto, adalah kondisi cuaca dan iklim yang kering dan panas, sehingga pemeran dan kru sempat mengalami penurunan stamina fisik walaupun tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya secara baik.
“Secara keseluruhan, baik dalam sisi proses produksi maupun hasil akhir dari filmnya itu sendiri, terjadi sebuah experience yang life changing bagi semua pihak terkait ketika pengalaman langsung dengan sebuah cerita nyata anak- anak Sumba memberikan sebuah wawasan baru bahwa selalu ada harapan dalam setiap langkah hidup kita,” pungkas Herijanto Judarta.
Baca juga: Chicco Kurniawan & Ardhito Pramono Jadi Rekan Sejawat Ahli IT di Film ‘13 Bom di Jakarta’
Kontributor: Akhmad Sekhu