Lebensborn, Potret Kelam Bayi-Bayi Nazi
Lifestyle & Sport

Lebensborn, Potret Kelam Bayi-Bayi Nazi

Channel9.id-Jakarta. Lebensborn adalah program Nazi yang bertujuan untuk menanggulangi penurunan keturunan Jerman, namun lakukan banyak kejahatan kemanusiaan.

Dibawah rezim fasisme partai Nazi Jerman banyak melakukan kejahatan kemanusiaan dengan alasan mewujudkan ideologi kemurnian bangsa Aryan. Salah satu hal untuk mencapai itu adalah Lebensborn. Program yang secara literal berarti air mancur kehidupan (fountain of life) ini bertujuan untuk memastikan bayi dengan ciri khas Jerman dapat melanjutkan kemurnian bangsa Arya.

Mendapatkan izin dari salah satu petinggi Nazi, pemimpin satuan SS, Heinrich Himmler berambisi untuk menyelesaikan masalah penurunan jumlah penduduk Jerman. Sedangkan mesin perang Jerman sudah disiapkan untuk mencaplok berbagai wilayah sekeliling Jerman yang disebut sebagai Lebensraum.

Buku Mothers of the Nation: Women, Families, and Nationalism in Twentieth-century Europe, menyebutkan bahwa program Lebensborn meluncur perdana pada tahun 1935. Himler sendiri yang menyebut akan memimpin sendiri program ini. Organisasi Lebensborn disebut akan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan bagi bayi-bayi yang dianggap berpotensi tinggi menjadi penerus bangsa Arya.

Selain itu, untuk mendukung program ini, organisasi menggunakan kedok akan membantu perempuan Jerman yang hamil di luar nikah dengan memberi jaminan sosial untuk bayinya.

Dilansir dari reportasi DW berjudul Himmler’s children, seorang perempuan yang melahirkan buah hatinya di rumah pelayanan Lebensborn mendapatkan pelayanan tingkat tinggi. Bagi perempuan yang belum menikah, rumah pelayanan ini akan membantu mencarikan orang tua asuh bagi bayi tersebut. Disebutkan bayi akan diterima oleh orang tua asuh yang sesuai dengan idealisme Nazi, pasangan orang tua ras Arya.

Sebagai perpanjangantanganan pemerintah Nazi, Lebensraum harus mencerminkan kebijakan rasisnya. Layanan Lebensraum tidak terbuka, tentu saja, untuk orang keturnan selain orang Jerman. Dikabarkan pula, anak-anak dengan disabilitas atau yang dianggap bermasalah karena tidak sesuai akan dikirim ke klinik euthanasia.

Program berbasis pseodo-science ini tidak berhenti di tanah asalnya, melainkan juga berada di tanah yang dikuasai pasukan Jerman. Salah satu tempat yang menarik perhatian petinggi Jerman adalah Norwegia yang dianggap masih merupakan etnis nordik yang memiliki kedekatan dengan bangsa Jerman.

Pelaksanaan program ini di Norwegia berkaitan dengan upaya promosi hubungan keluarga antara tentara, terutama perwira, degan perempuan lokal Norwegia. Setelah perang berakhir, perempuan dan anak-anak yang terlibat dalam program ini dikabarkan menjadi sasaran pengucilan masyarakat. Perempuan yang berhubungan dengan penjajah Jerman dianggap sebagai pengkhianat.

Disamping program yang menyasar warga Jerman, program Lebensraum berkembang seiring mesin perang Nazi menyebar ke seluruh penjuru Eropa ketika perang dunia dua. Hermann Ludeking, salah saorang korban penculikan tentara Jerman saat dirinya masih seorang anak dari tanah kelahiranya, Polandia. Dirinya dianggap sebagai subjek Arya yang sempurna sehingga “tentara Nazi berkewajiban untuk membawanya,”.

Proses ini bertujuan untuk mendorong percepatan agenda jermanisasi. Anak yang diambil tentu saja akan bergantung dengan etnis orang tuanya. Sedangkan anak-anak yang dianggap tidak dibutuhkan akan menuju Camp Konsentrasi.
Dikabarkan bahwa Hermann masih berupaya untuk mendapat pengakuan pemerintah Jerman terkait kejahatan kemanusiaan yang diterima. Namun naasnya, proses hukum di Jerman mengetok palu bahwa Hermann bukan salah seorang korban kejahatan Nazi karena bukan dari golongan yang dianggap tidak diinginkan.

(FB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  32  =  41