Channel9.id, Jakarta – Pemerintah Indonesia memastikan gelombang investasi besar dari lima perusahaan asal Amerika Serikat sebagai bagian dari kesepakatan dagang terbaru RI–AS. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut komitmen investasi ini diharapkan mendongkrak daya saing, penciptaan lapangan kerja, dan momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kerja sama ini bertujuan menjaga keseimbangan neraca perdagangan sekaligus memperkuat ekonomi domestik. Investasi ini juga membuka peluang inovasi di sektor digital dan energi,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Menurut Airlangga, lima perusahaan raksasa AS yang siap menanam modal antara lain:
ExxonMobil, membangun fasilitas carbon capture and storage (CCS) senilai US$10 miliar.
Oracle, mendirikan pusat data di Batam senilai US$6,5 miliar.
Microsoft, menggelontorkan US$1,7 miliar untuk infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun ke depan.
Amazon, memperkuat pengembangan AI dan cloud di Indonesia dengan investasi US$5 miliar.
General Electric (GE) melalui GE Healthcare, membangun fasilitas produksi CT scanner pertama di Indonesia senilai Rp178 miliar pada 2025.
Selain investasi langsung, kerja sama ini juga mencakup peningkatan kapasitas riset dan pengembangan (R&D) di sektor digital serta kesepakatan pembelian pesawat oleh Garuda dari Boeing untuk mendukung konektivitas logistik nasional.
Detail Kesepakatan Dagang RI–AS
Mengacu pada pernyataan resmi Gedung Putih (23/7/2025), kesepakatan dagang ini bertujuan memperkuat hubungan ekonomi jangka panjang yang sebelumnya dibangun melalui Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) sejak 1996.
Dalam kesepakatan terbaru:
Indonesia akan menghapus sekitar 99% tarif atas produk industri, pangan, dan pertanian AS.
AS menurunkan tarif barang asal Indonesia menjadi 19%, sesuai Perintah Eksekutif 14257 (2 April 2025).
Produk AS dibebaskan dari kewajiban TKDN, inspeksi pra‑pengapalan, serta lisensi impor untuk pangan dan pertanian.
Indonesia mengakui standar emisi dan kendaraan AS serta menerima sertifikasi FDA untuk alat kesehatan dan farmasi.
Gedung Putih juga mengumumkan kesepakatan pembelian bersama senilai lebih dari US$20 miliar, meliputi:
Pesawat (US$3,2 miliar),
Produk pertanian seperti kedelai, bungkil, gandum, dan kapas (US$4,5 miliar),
Energi (LPG, minyak mentah, bensin) senilai US$15 miliar.
Kedua negara sepakat memperkuat rantai pasokan, melindungi data digital, dan menghapus bea impor untuk produk digital. Indonesia juga berkomitmen memperbaiki regulasi ketenagakerjaan, melarang impor barang hasil kerja paksa, meningkatkan perlindungan lingkungan, hingga mengadopsi standar WTO terkait perikanan dan perdagangan satwa liar ilegal.
Dengan kesepakatan ini, Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu pusat pertumbuhan investasi digital dan energi terbesar di kawasan Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan.