Channel9.id-Jakarta. Kehidupan manusia di era digital saat ini tak bisa dilepaskan dari internet. Berangkat dari hal ini, penggunaan media sosial juga tak bisa dipisahkan dari keseharian mereka. Terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 ini, di mana pembatasan sosial diterapkan. Dalam konteks ini, media sosial turut membantu masyarakat di dunia saling terhubung satu sama lain.
Data We Are Social bahkan menunjukkan adanya peningkatan penggunaan media sosial yang signifikan pada 2021, jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi pada 2019. Di 2021, sebanyak 53,6% dari 7,83 miliar orang di dunia menggunakan media sosial. Sementara di 2019, ada 42% dari total 7,67 miliar orang di dunia.
Melalu media sosial, masyarakat masih bisa bertukar kabar dengan teman, kerabat, atau keluarga demi dan mencari informasi terkini kendati aktivitas sosial terbatas. Namun demikian, kemudahan ini juga lama-kelamaan bisa memberi efek negatif pada kesehatan mentalmu. Apalagi konten-konten negatif atau hoaks kian merajalela—misalnya soal pandemi atau politik. Sayangnya, hal ini sulit dihindari yang kemudian bisa memicu stres, bahkan membuat depresi dan lain sebagainya. Lalu, hal apa yang mesti dilakukan agar kita tetap aman bermain media sosial? Mari simak berikut ini.
1. Pilah konten dan manfaatkan fitur platform
Selalu saja ada kabar buruk setiap harinya. Menurut psikoterapis, jika otak manusia terpapar hal negatif dan traumatis secara konstan, maka otak kian lamban dalam mengatasi stres. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Kamu stres setelah terpapar konten negatif itu, yang bahkan memicu rasa cemas dan takut berlebihan.
Nah, untuk menghindari hal itu, sebaiknya pilihlah konten yang mau Kamu baca atau lihat di media sosial. Coba manfaatkan fitur mute atau blok yang ada di platform yang Kamu gunakan. Kamu juga bisa menggunakan fitur blok kata kunci tertentu, misalnya kata kunci yang berpotensi menampilkan konten yang tak Kamu ingin inginkan.
2. Ikuti teman dan pihak terpercaya
Selain itu, pastikan Kamu hanya mengikuti atau follow teman dan pihak terpercaya, serta yang bertanggung jawab atas informasi yang dibawanya. Cara ini membantu membatasi atau mencegah penyebaran hoaks dan konten-konten penuh kebencian sampai kepadamu.
Namun, ada kalanya temanmu tak menyadari bahwa mereka telah menyebarkan ketakutan, isu, dan bahkan kebencian kepada sesama di media sosial. Ini juga salah satu pemicu stres. Saat menghadapi hal ini, jangan sampai Kamu menelan informasi dari unggahan tersebut secara mentah-mentah. Namun, menegurnya bukanlah hal yang tepat karena kemungkinan mereka akan berkilah bahwa mereka berhak untuk mengunggah konten apa pun. Tentu menjengkelkan dan membuatmu stres, kan?
Meski begitu, Kamu disarankan untuk menghindari pemicu stres itu. Adapun salah satu cara teraman ialah dengan me-mute mereka—jika itu temanmu. Atau, Kamu bisa meng-unfollow atau blok akun tersebut jika benar-benar membuatmu resah. Cara ini akan membantu emosi atau kondisi psikologismu lebih stabil.
3. Jangan asal sebar informasi
Setelah menyaring konten dan orang di berandamu, kini saatnya Kamu membenahi diri. Kamu juga jangan menyebarkan konten secara semena-mena. Kendati Kamu merasa kontenmu penting untuk disebarluaskan, tak semua orang beranggapan demikian. Tentu saja, tak semua orang juga punya minat dan kepentingan yang sama denganmu. Nah, Kamu juga harus hati-hati dalam menyebarkan konten. Sebarluaskanlah info dan konten bermanfaat positif untuk semua orang.
4. Batasi penggunaan
Supaya Kamu tak terus-terusan terpapar konten negatif yang memicu stres, coba batasilah waktu bermain media sosial. Sayangnya, hingga kini belum ada penelitian yang menunjukkan batasan waktu ideal bermain media sosial. Namun, terapkanlah batasan waktu yang menurutmu wajar. Misalnya, paling lama 1—2 jam sehari. Lalu bagi-bagi durasi ini, misalnya, 15 menit cek media sosial saat perjalanan menuju kantor, 15 menit saat makan siang, dan seterusnya. Kalau Kamu sudah terbiasa dengan ini, pangkaslah durasinya dengan lebih ketat, seperti sejam dalam sehari.