Mantan Karyawan TikTok Beberkan Betapa Buruknya Jam Hingga Kondisi Kerja di Perusahaan
Techno

Mantan Karyawan TikTok Beberkan Betapa Buruknya Jam Hingga Kondisi Kerja di Perusahaan

Channel9.id-Jakarta. Laporan dari Wall Street Journal (WSJ) memberi gambaran tentang apa yang terjadi di balik layar TikTok. Mantan karyawan TikTok membeberkan bagaimana jam kerja di perusahaan sangatlah panjang, kondisi kerja penuh tekanan, dan keterputusan budaya antara cabang TikTok di Amerika Serikat (AS) dan Cina.

Karyawan di perusahaan TikTok yang berbasis di Los Angeles mengaku kurang tidur lantaran harus bekerja lembur dan menghadiri pertemuan dengan rekan kerja di Cina. Menurut WSJ, sejumlah karyawan menghabiskan sekitar 85 jam per minggu untuk rapat dan harus meluangkan lebih banyak waktu untuk bekerja. Karena hari Minggu di AS sudah hari Senin di Cina, banyak pekerja melaporkan bekerja di akhir pekan karena mereka harus bekerja dengan waktu yang setara saat di belahan dunia lain.

Baca juga: TikTok Bakal Bagi Rata Uang Iklan dengan Kreator Konten

WSJ melaporkan bahwa lingkungan kerja itu berdampak pada kesejahteraan dan kesehatan emosional karyawan. Seorang karyawan mengatakan dia berhenti dari pekerjaan “semalaman” setelah menunjukkan bukti kepada bosnya bahwa dia telah mengembangkan “kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.” Mantan manajer produk senior lainnya, Melody Chu, menulis di Medium bahwa dia sering bekerja hingga larut malam untuk bertemu dengan rekan-rekannya di Tiongkok. Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya menyebabkan kurang tidur dan penurunan berat badan. Chu juga mengatakan bahwa dia harus mengikuti konseling pernikahan karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama suaminya.

Seperti yang dicatat oleh WSJ, sejumlah karyawan mengalami tekanan besar untuk mengikuti rekan kerja lainnya, terutama dengan karyawan yang berbasis di Cina. Perusahaan dilaporkan memiliki beberapa tim untuk menyelesaikan proyek yang sama dan mendorong karyawan menyelesaikan pekerjaan mereka lebih cepat. Hal ini membuat mereka takut tertinggal di belakang rekan kerja, atau frustrasi jika proyek tak selesai. Mantan karyawan lainnya, Lucas Ou-Yang, menulis di Twitter bahwa dia mengetahui 10 manajer produk yang berhenti setelah satu tahun bekerja di perusahaan lantaran mereka harus mengikuti jadwal rekan kerja di Cina.

Informasi dari WSJ sebetulnya bukanlah hal baru. Pada tahun lalu, laporan dari CNBC menggambarkan jadwal kerja “996”—yang juga disebutkan oleh WSJ. Jadwal ini—di mana karyawan bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam selama enam hari dalam seminggu—adalah praktik umum di sejumlah perusahaan di Cina. Praktik ini kemudian dilarang oleh pemerintah Cina pada tahun lalu.

Sementara itu, perusahaan induk TikTok, ByteDance, menetapkan jam kerja 63 jam per minggu, di mana karyawan bekerja jam 10 pagi hingga 7 malam, lima hari per minggu. Entah apakah jadwal semacam ini diharapkan di luar negara Cina. Namun, sebagaimana dicatat WSJ, “banyak karyawan yang mengatakan bahwa jam kerja yang lebih lama tetap menjadi harapan (perusahaan).”

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  50  =  60