Masalah Kesehatan Mental Kaum Muda, Lingkungan dan Media Sosial
Lifestyle & Sport

Masalah Kesehatan Mental Kaum Muda, Lingkungan dan Media Sosial

Channel9.id-Jakarta. Masalah kesehatan mental dianggap sebagai ancaman bagi generasi muda sehingga butuh perhatian lebih dari berbagai pihak. Krisis masalah kesehatan mental dianggap menjadi masalah banyak dari banyak belahan dunia.

Dilansir dari Healthline, masalah kesehatan mental banyak ditemukan di kalangan generasi muda dengan gejala depresi atau kecemasan berlebihan. Bahkan ditemukan angka bunuh diri yang mencemaskan.

Hal tersebut membuat kesadaran terkait kesehatan mental merupakan salah satu solusi mendesak. Stigma negatif juga dianggap menghalangi penanganan masalah ini. Tidak luput juga masalah kesehatan mental dapat dibantu dengan keterbukaan akses terhadap layanan kesehatan terutama penanganan psikis.

Dukungan terhadap kaum muda dianggap menjadi strategi penting untuk penangannan krisis kesehatan mental. Ruang Pendidikan menjadi salah satu tempat yang harus mendapat perhatian terkait masalah ini.

Ruang kelas dapat dijadikan tempat pencegahan masalah kesehatan mental yang memburuk. Selain itu, Pendidikan sekolah harus memiliki pemahaman mengenai kesehatan mental, mencegah. Ruang kelas juga dapat menjadi intervensi dan perawatan tahap awal apabila dianggap dibutuhkan.

Katherine B. McGuire, kepala tim advokasi American Psychology Association (APA), menyatakan bahwa literasi kesehatan mental dapat diimplementasikan ke kurikulum siswa. Dia menyebutkan kebutuhan untuk memberikan kebergaman dalam penanganan masalah mental yang melibatkan dukungan sebaya, pekerja kesehatan setempat, dan keberadaan ekosistem yang mencakup sekolah serta keluarga.

Namun masalah kesehatan mental tidak hanya terbatas pada ruang Pendidikan dan keluarga. Akses masif terhadap informasi dalam media social turut memantik stress bagi penggunannya, terutama kalangan muda. Mengutip NBCnews.com, Vivek Murthy, General Surgeon, menyebutkan media social berkontribusi terhadap depresi, kecemasan, dan masalah lainnya bagi pengguna muda. Walaupun riset tersebut menggunakan data dari kaum muda Amerika, penelitian dianggap memiliki paralel dengan kaum muda Indonesia.

(FB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  67  =  76