Channel9.id – Jakarta. Islam Aboge merupakan salah satu wujud akulturasi antara nilai-nilai Islam dan budaya Jawa. Kata Aboge sendiri berasal dari bahasa Jawa yang merupakan penjabaran dari Alif Rebo Wage.
Ciri khas dari komunitas Islam Aboge adalah penggunaan penanggalan kalender Jawa untuk menentukan hari-hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idulfitri dan Idul Adha. Hal itu yang membuat perbedaan penanggalan hari dan tanggal dengan pemerintah.
Dalam tesis berjudul Pewarisan Tradisi Dalam Pendidikan Keluarga Muslim Aboge di Kabupaten Banyumas, IAIN Purwokerto, yang ditulis Ujang Umamul M pada 2017 dijelaskan Aboge terbagi atas Aboge Abangan dan Aboge Putihan. Aboge Abangan agak sedikit keluar dari ajaran Islam. Sedangkan Aboge Putihan merupakan Aboge penganut Islam taat, namun tetap mengadopsi peribadatan dengan unsur-unsur sinkretis Islam Jawa, sehingga masih menimbulkan sikap skeptis masyarakat umum.
Salah satu Aboge putihan terdapat di desa Cikawung Kecamatan Pakuncen Banyumas, desa Kracak Kecamatan Ajibarang, desa Cukakak Kecamatan Wangon, dan desa Banjarpenepen Kecamatan Sumpiuh. Masyarakat Aboge di desa-desa tersebut menggunakan kalender Jawa sebagai pedomen mereka melakukan ibadah. Di desa-desa tersebut, masyarakat Islam Aboge menjalankan ibadah sesuai dengan syariat Islam seperti salat lima waktu, zakat, dan puasa.
Baca juga: Islam Aboge Akulturasi Nilai Islam dan Budaya Jawa
Setiap komunitas desa juga memiliki sejarah silsilah pendidikan Islam yang berbeda-beda, baik silsilah guru atau kyai, ataupun pada masing-masing cerita mistis yang mengiringi sejarah dakwah Aboge. Dalam hal ini, masing-masing komunitas Aboge memiliki tokoh kunci atau pemangku adat Islam yang disebut Kyai Sepuh. Kyai sepuh merupakan orang yang pertama kali mengajarkan cara-cara beribadah, khususnya tentang perhitungan Aboge, yang berdasarkan garis keturunannya berhak memegang peranan sebagai pemimpin secara turun temurun.
Misalnya komunitas Aboge di Desa Cikawung diajarkan oleh Kyai Ahmad Yusi dari Ponorogo pada 1900an yang secara turun temurun digantikan oleh putranya yaitu Kyai Yahya, Kyai Samsul Arifin dan terakhir Kyai Zainal Abidin yang memimpin sampai 2016.
Kemudian, Aboge di Desa Onje Kecamatan Mrebet Purbalingga yang dibawa oleh Abdullah Syarif atau Raden Sayyid Kuning pada masa Pemerintahan Pajang saat ini sudah menempati silsilah ketujuh yang dipimpin oleh Kyai Maksudi. Aboge di Onje diyakini sebagai Aboge tertua di Kecamatan Purbalingga, dan merupakan Islam puritan yang masih menjaga keorisinilan ajaran wali sanga. Sehingga sebagian masyarakat menganggap Aboge di desa ini sebagai Aboge awal di daerah Banyumas.
Ada beberapa versi mengenai masuknya Islam Aboge di Banyumas. Salah satunya menerangkan tentang masuknya Islam Aboge di Banyumas dimotori oleh Raden Sayyid Kuning, atau bernama asli Abdullah Syarif dari Kadipaten Onje. Abdullah Syarif mengajarkan Islam, khususnya ajaran-ajaran Aboge kepada masyarakat di Desa Purbalingga, dan Banyumas.
HY