Channel9.id-Jakarta. Memerankan karakter dalam sebuah karya film adalah membayangkan diri sebagai karakter sepenuhnya dikenal dengan method acting.
Salah satu karakter legendaris yang pernah hadir di layar kaca adalah potret Joker dalam The Dark Knight oleh Heath Ledger. Penghargaan bergensi Oscar di anugrahkan pasca kematiannya berkat dedikasinya menampilkan potret seorang Joker.
Untuk peran tersebut Ledger disebut mengurung diri di apartemen seorang diri untuk mempersiapkan gaya bicara dan tingkah lakunya sebagai Joker. Persiapan yang sangat intens ini bertujuan untuk menghadirkan Joker ke dunia nyata. Christian Bale, lawan mainnya sebagai Batman, menyampaikan apresiasi terdalam terhadap peran Joker.
Kendati dalam mewujudkan potret yang realistik dan emosional, method acting akan sangat menguras energi fisik dan mental pemainnya. Health Ledger dikabarkan meninggal dunia karena overdosis beberapa pil penenang dan obat tidur di Apartemennya di New York, Amerika Serikat.
Selain Heath Ledger, ada beberapa pemeran film yang menggunakan metode ini agar berhasil memunculkan potret yang realistik. Diantaranya adalah Marlon Brando yang disebut sebagai pioneer method acting untuk produk layar lebar, Robert De Niro yang menyiapkan peran Taxi Driver menjadi supir taxi sungguhan di New York, Adrian Brody dalam film the pianist, dan banyak lainnya.
Method Acting memiliki sejarah panjang sebelum bisa dinikmati dalam berbagai karya film kontemporer. Dikembangkan oleh sutradara teater Russia, Konstantin Stanislavski. Sharon Maria Carnicke, dalam buku Stanislavsky in Focus, menyebutkan bahwa konsep acting yang realistik ini dibawa oleh para murid Stanislavsky ke Amerika.
Mereka mengembangkan American Laboratory Theatre. Disinilah mulai muncul beberapa generasi pemeran film yang dikenal dengan khas method acting. Salah satu diantaranya adalah Robert De Niro.
Seperti yang disebutkan diatas, dampak negative dari method acting adalah keharusan actor untuk memenuhi external dan internal karakter. Alicia A Grandey, dalam papernya, menyebutkan bahwa rasa letih emosional diakibatkan oleh kewajiban actor untuk menciptakan disonansi antara Tindakan dan perasaan sesungguhkan.
(FB)