Merasa Dituntut Facebook Secara Hukum, Penelitian Terhadap Instagram Dihentikan
Techno

Merasa Dituntut Facebook Secara Hukum, Penelitian Terhadap Instagram Dihentikan

Channel9.id-Jakarta. AlgorithmWatch, kelompok peneliti yang tengah mempelajari bias algoritme di Instagram, mengatakan bahwa pihaknya harus mengentikan penelitian mereka. Pasalnya, mereka khawatir Facebook akan mengambil tindakan hukum terhadap mereka.

Dikutip dari The Verge, AlgorithmWatch mengatakan Facebook menuduhnya melanggar kebijakan Instagram dan akan mengambil “keterlibatan yang lebih formal” jika proyek mereka “menyelesaikan” masalah bias di platform.

Baca juga: Facebook Kembangkan Layanan Kencannya

Untuk diketahui, penelitian AlgorithmWatch berpusat pada plugin browser yang diunduh lebih dari 1.500 orang. Alat ini membantu tim mengumpulkan informasi yang menunjukkan bagaimana Instagram memprioritaskan foto dan video tertentu.

Tim peneliti menemukan bahwa platform cenderung menunjukkan foto dan video berdasarkan warna kulit. Sebelum mempublikasikan temuan ini, AlgorithmWatch mengatakan telah menghubungi Facebook, namun perusahaan tak menanggapi. Namun, pada Mei 2020, Facebook memberi tahu para peneliti bahwa pekerjaan mereka “cacat dalam beberapa hal” dan pada awal 2021, perusahaan mengaku menemukan daftar masalah pada metodologi AlgorithmWatch.

Facebook menuduh AlgorithmWatch melanggar kebijakannya, secara spesifik merujuk ke bagian aturan yang melarang pengumpulan data otomatis. Perusahaan juga mengatakan sistem itu melanggar GDPR, yaitu undang-undang privasi data Uni Eropa.

“Kami hanya mengumpulkan data terkait konten yang ditampilkan Facebook kepada sukarelawan yang memasang add-on tersebut,” kata AlgorithmWatch. “Dengan kata lain, pengguna plugin hanya mengakses feed mereka sendiri, dan membagikannya dengan kami untuk tujuan penelitian.”

Terkait tuduhan Facebook bahwa tim melanggar GDPR, AlgorithmWatch mengatakan, “tampak sepintas pada kode sumber, yang kami buka sumbernya, menunjukkan bahwa data tersebut segera dihapus ketika tiba di server kami.”

Terlepas dari keyakinan bahwa mereka tak melakukan kesalahan, tim peneliti akhirnya memutuskan untuk menutup proyek tersebut. “Pada akhirnya, sebuah organisasi seukuran AlgorithmWatch tidak dapat mengambil risiko pergi ke pengadilan melawan perusahaan senilai satu triliun dolar,” ujar mereka.

Sementara itu, Facebook membantah telah mengancam akan menuntut para peneliti. Perusahaan mengaku khawatir pada praktik mereka karena menyangkut privasi penggunanya.

“Kami tidak mengancam akan menuntut mereka… Kami berkolaborasi dengan ratusan grup riset untuk memungkinkan studi topik penting, termasuk dengan menyediakan kumpulan data dan akses ke API, dan informasi yang baru-baru ini dipublikasikan—yang menjelaskan cara kerja sistem kami dan mengapa Anda melihat apa yang Anda lihat di platform kami. Kami bermaksud untuk tetap bekerja dengan peneliti independen, tetapi dengan cara yang tidak membahayakan data atau privasi orang,” jelas perusahaan, dikutip dari Engadget (16/8).

Pada awal bulan ini, Facebook juga melakukan hal serupa kepada peneliti proyek NYU Ad Observatory, yang mempelajari bagaimana perusahaan menargetkan iklan politik kepada penggunanya.

Facebook memang punya sejumlah alat yang bisa membantu para peneliti untuk melakukan pekerjaan mereka. Namun, sebetulnya platform ini telah menjadi kotak hitam sejak terjadinya skandal Cambridge Analytica. Itulah masalahnya, seperti yang ditunjukkan AlgorithmWatch.

“Platform besar memainkan peran besar, namun sebagian besar tidak diketahui oleh masyarakat—dari pembangunan identitas hingga pilihan suara,” kata tim peneliti itu. “Jika kita memahami bagaimana ruang publik kita dipengaruhi oleh pilihan algoritme mereka, kita bisa mengambil langkah-langkah untuk memastikan mereka tak merusak otonomi individu, kebebasan, dan kebaikan kolektif.”

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

21  +    =  28