Channel9.id-Jakarta. Myanmar saat ini sedang memanas, para aktivis khawatir setelah militer Myanmar menahan Aung San Suu Kyi dan para pemimpin sipil lainnya. Tindakan kekerasan semakin meningkat setelah Myanmar di kudeta.
Dikutip dari TheGuardian.Com, sejak kudeta berlangsung, Aung San Suu Kyi masih belum terlihat, namun juru bicara resmi Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Kyi Toe, mengatakan Aung San Suu Kyi ditahan di kediaman resminya. Kyi Toe menambahkan: “Dia baik-baik saja — dia masih sering berjalan-jalan disekitar kompleksnya.”
Sebuah pernyataan yang mendukung Aung San Suu Kyi mengatakan bahwa militer, sebelumnya memerintah Myanmar selama lebih dari 50 tahun, berusaha untuk kembali berkuasa.
Kudeta ini membuat pemerintahan Myanmar kembali ke tangan militer setelah sebelumnya direformasi di tahun 2011 silam, ketika militer yang memegang kekuasaan selama 5 dekade melaksanakan pemilihan parlemen dan reformasi lainnya.
Sekitar 45 orang ditangkap oleh militer Myanmar pada hari Senin, (01/02), kebanyakan anggota NLD. Mereka mengatakan alasan penangkapan itu merupakan sebuah reaksi atas tindakan kecurangan pada pemilu bulan November kemarin.
Phil Robertson, wakil direktur Pengawas HAM divisi Asia, mengatakan jumlah orang yang ditahan kemungkinan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.
“Mereka (Militer Myanmar) akan menahan orang-orang NLD dan kemudian mereka akan mengejar orang-orang yang mereka anggap dapat memobilisasi perlawanan terhadap pemerintahan militer – dan mereka mungkin sudah tahu siapa saja para aktivis ini,” katanya.
Kudeta tersebut diumumkan melalui stasiun TV Myawaddy, stasiun tv milik militer Myanmar. Seorang presenter berita stasiun TV Myawaddy mengutik konstitusi 2008, yang mana memungkinkan militer mengumumkan keadaan darurat nasional. Keadaan darurat akan tetap berlaku selama satu tahun lamanya.
Militer dengan cepat memegang kendali infrastruktur negara. Militer Myanmar telah memutuskan sebagian besar siaran televisi dan batalkan semua penerbangan domestik dan internasional.
Jaringan Telpon dan Internet juga diputus di kota-kota besar. Pasar saham dan bank komersial pun juga ditutup. Antrean panjang terlihat di sebagian besar tempat seperti di kota Yangon. Kota terbesar di Myanmar dan juga bekas ibu kota negara, orang-orang berbondong-bondong pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan pokok.
(RAG)