Channel9.id-Myanmar. Polisi Myanmar melancarkan tindakan keras di sekitar kota Yangon untuk membubarkan unjuk rasa masyarakat melawan junta militer. Polisi menembakkan tembakan ke langit dan juga menggunakan flashbang di daerah Yangong sekitar Tamwe pada Kamis malam untuk membubarkan massa yang berunjuk rasa, menurut saksi mata dan juga media lokal.
“Kami sangat takut,” kata salah satu warga yang menolak identitasnya disebar.
Pada Jumat (26/2/2021) pagi, warga menemukan casing bom flashbang dan juga beberapa sandal jepit yang putus berserakan di jalan.
Media lokal mengatakan 23 orang yang berunjuk rasa, 10nya adalah perempuan, akan disidang.
Konfrontasi itu menunjukkan penolakan yang dihadapi oleh junta militer dari rakyat Myanmar yang menginginkan otoritas sebelumnya kembali berkuasa.
Sebelumnya pada Kamis awal, kekerasan terjadi di Yangon ketika sekitar 1,000 orang pro militer menyerang para pengunjuk rasa dan juga para wartawan. Sebagian orang babak belur dan setidaknya dua orang tertusuk benda tajam.
Krisis Myanmar itu membuat pandangan Internasional terhadapnya makin memburuk dan juga membuat investor ke Myanmar makin menurun, makin membebani ekonomi Myanmar yang sebelumnya sudah terkena dampak corona.
Bank Dunia telah menghentikan pembayaran proyek-proyek di Myanmar atas permintaan penarikan dana setelah terjadinya kudeta, kutip surat Bank Dunia kepada Menteri Ekonomi Myanmar.
Presiden Bank Dunia, David Malpass, mengatakan minggu lalu bahwa Bank Dunia akan lebih ketat dalam pendekatannya dengan Myanmar, namun proyek-proyek sebelumnya masih tetap berlanjut, termasuk bantuan darurat virus corona.
Tahun lalu, Bank Dunia menyetujui pinjaman lebih dari $350 juta kepada Myanmar untuk membantu Myanmar menghadapi pandemi virus corona dan juga untuk membantu para petani dan pekerja-pekerja di pedesaan.
Amerika Serikat, Inggris dan juga yang lainnya telah mendesak junta militer Myanmar untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dan juga tahanan politik lainnya.
Inggris pada hari Kamis mengatakan mereka telah menambah daftar perwira militer yang dikenakan sanksi yang sekarang berjumlah 19 orang, termasuk Min Aung Holing.
(RAG)