Nenek Nahel Minta Pengunjuk Rasa Prancis untuk Tenang
Internasional

Nenek Nahel Minta Pengunjuk Rasa Prancis untuk Tenang

Channel9.id – Jakarta. Nenek dari remaja 17 tahun, Nahel M yang tewas ditembak polisi Prancis, memohon warga untuk tenang dan tidak merusak fasilitas umum, Senin (3/6/2023). Ia memohon setelah Prancis dilanda kericuhan parah karena insiden Nahel tersebut.

“Warga yang merusak fasilitas umum, saya minta untuk hentikan aksi kalian,” ujar nenek Nahel M, Nadia, kepada media lokal Prancis.

“Aksi mereka yang mengatasnamakan Nahel hanyalah sebuah alasan,” lanjutnya.

Insiden penembakan remaja yang berasal dari Afrika Utara itu terekam dalam sebuah video. Peristiwa ini memantik isu yang sudah lama berkembang mengenai kekerasan polisi dan tindak rasisme.

Sekitar ratusan warga pada hari Sabtu lalu berkumpul di Masjid raya Nanterre, Paris, untuk berunjuk rasa dan mendukung keluarga Nahel disaat remaja itu dikubur.

Lalu, selama lima hari berturut-turut setelahnya, insiden ini berujung ricuh dengan para pengunjuk rasa merusak dan merampok toko-toko, juga membakar mobil dan bis. Unjuk rasa direspon oleh sekitar 45,000 polisi yang dikerahkan untuk mengatasi kericuhan terburuk Prancis dalam beberapa tahun ini.

Walaupun insiden ini telah menghilangkan nyawa cucunya, dan juga membuat sedih dirinya dan putrinya, Nadia tak mempunyai niatan buruk terhadap pihak kepolisian tapi hanya ingin yang bersalah diadili dengan adil.

“Saya percaya dengan sistem keadilan kita,” ujarnya. Ia mengatakan bahwa hanya satu polisi yang bersalah atas kematian cucunya, bukan satu institusi kepolisian.

Baca juga: Prancis Diamuk Massa, Ratusan Ribu Warga Turun ke Jalan

Menurut Kementerian Dalam Negeri Prancis, lebih dari 200 anggota kepolisian Prancis terluka pada kericuhan yang terjadi di hari Sabtu.

Kebanyakan pengunjuk rasa yang ditahan pihak kepolisian masih berusia 17 tahun.

Insiden ini bermula setelah Nahel dihentikan seorang polisi karena melanggar rambu lalu lintas dan mengendarai mobil rental secara ilegal. Konfrontasi ini berujung ditembaknya oleh polisi tersebut.

Warga Arab dan Afrika sendiri juga sudah mengeluhkan tindak rasisme sistematikan yang diberlakukan oleh pemerintah Prancis.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron membantah hal tersebut dan mendesak para orang tua untuk tidak mengizinkan anak-anak mereka turun ke jalan.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

10  +    =  19