Channel9.id, Jakarta – Meski Presiden Prabowo Subianto menjanjikan penciptaan delapan juta lapangan kerja selama masa kepemimpinannya, ekspektasi publik terhadap ketersediaan pekerjaan justru menunjukkan tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
Data Survei Konsumen Bank Indonesia mengungkap bahwa baik Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) maupun Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) mengalami pelemahan sejak awal 2025.
IKLK, yang mencerminkan persepsi masyarakat terhadap ketersediaan kerja saat ini dibanding enam bulan sebelumnya, turun dari 112,2 pada Desember 2024 menjadi 101,6 pada April 2025. Angka ini mendekati zona pesimistis dan menjadi level terendah sejak April 2022.
Sementara itu, IEKLK—yang mencerminkan harapan masyarakat terhadap kondisi lapangan kerja enam bulan ke depan—turun dari puncaknya di Desember (137,6) menjadi 123,5 pada April 2025. Ini merupakan level terendah sejak masa pandemi Covid-19 pada September 2021.
Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran publik meskipun pemerintah menjanjikan pembangunan masif dan hilirisasi industri sebagai motor penciptaan lapangan kerja.
Presiden Prabowo, dalam berbagai kesempatan, menyatakan bahwa pemerintah menargetkan membuka 8 juta lapangan kerja dalam lima tahun, terutama melalui 30 proyek besar lintas sektor dari hulu ke hilir, termasuk di bidang pertanian dan perikanan. Namun hingga kini, rincian proyek tersebut belum dijabarkan secara konkret kepada publik.
“Yang kita hitung, lapangan kerja dalam lima tahun ke depan akan mencapai 8 juta,” ujar Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus Industropolis Batang, Maret lalu.
Namun, tanpa kejelasan pelaksanaan proyek dan indikator konkret pertumbuhan ketenagakerjaan, ekspektasi publik belum menunjukkan sinyal pemulihan. Ini menjadi tantangan besar di tengah janji-janji besar transformasi ekonomi yang digaungkan pemerintah.