Channel9.id – Denpasar. Pakar Maritim Dr. Ketut Sudiarta menyebut menyebutkan kawasan Pantai Sidakarya, Intaran dan adalah kawasan paling ideal untuk membangun terminal khusus LNG. Di bandingkan daerah lain, sulit menemukan kawasan yang ideal untuk membangun tersus LNG seperti Sidakarya.
Di lokasi tersebut, bisa meminimalisir kerusakan lingkungan, sekaligus menata kawasan pantai agar lebih bernilai ekonomi dan mempertahankan kelestarian budaya.
“Saya pertaruhkan reputasi keilmuan saya, Di situlah lokasi yang paling cocok dari sisi ekologi, tidak merusak terumbu karang, karena di area dredging tidak ada terumbu karang,” jelasnya kepada media, Kamis/27/4/2023.
Rencana pembangunan tersus LNG Sidakarya tidak berdiri sendiri, namun juga terintegrasi dengan melakukan penataan kawasan yang meliputi kawasan pesisiri Intaran, Serangan dan Sidakarya. Manfaatnya sangat besar, karena dengan adanya material pasir hasil pengerukan bisa digunakan untuk menata kawasan tersebut.
“Bahkan termasuk membantu menata kawasan banjir kota Denpasar, di daerah Renon, muaranya belum dinormalisasi, terjadi pendangkalan karena pasir dan sampah. Meski ada embung di Sanur, tetap butuh normalisasi,” jelasnya.
Karena itu sebagai ahli manjemen sumber daya perairan ini menyampaikan bahwa pembangunan tersus LNG Sidakarya tidak boleh berdiri sendiri tanpa menata kawasan sekitarnya. Termasuk merevitalisasi pelabuhan Serangan.
Bali sebagai destinasa wisata bahari terbesar di Asia Tenggara, butuh infrastruktur yang memadai. Pelabuhan Sanur untuk memenuhi pelayaran ke Nusa Penida sudah tidak memadai, setiap pagi macet parah akses menuju pelabuhan. “Karena kapasitas untuk 1000 dipakai oleh 10.000, sehingga sumbatan ini harus dipecah dengan mengaktifkan Pelabuhan Serangan,” jelasnya.
Hanya saja sekarang ini Pelabuhan Serangan tidak punya cukup fasilitas, lahan yang tersedia tak lebih hanya 600 meter persegi, ini tak cukup sebagai tempat parkir. Karena itu material hasil keruk bisa menambah luasan lahan pendukung pelabuhan Serangan.
Sekaligus digunakan untuk menata water front city-nya, sehingga pembangunan terintegrasi, termasuk pemberian akses jalan menuju pantai dari Sidakarya. Wargapun bisa mendapatkan akses langsung ke pantai untuk berbagai keperluan, baik itu melaut maupun mengadakan acara adat Melasti, yang sekarang tertutup Mangrove.
Sederet manfaat Inilah yang membuat warga senang dan sekarang mendukung. Apalagi konsep pembangunan Tersus LNG Sidakarya melibatkan ekonomi warga lewat kepemilikan saham dari badan usaha desa sekitar lokasi. “Ini model privat partnership plus community yang bisa dicontoh di tempat lain,” jelasnya.
Terkait dengan kemungkinan terjadinya bahaya ledakan, Ketut Sudiarta menyampaikan bahwa LNG berbeda dengan Elpiji. Hampir tidak ada ledakan karena LNG. Tidak seperti batubara yang menimbulkan polusi, LNG lebih bersih dan ramah lingkungan. Sehingga sangat cocok dengan destinasi wisata seperti Bali yang harus terjaga kelestarian lingkungannya.
Ia menyambut baik adanya Rakortek yang diselenggarakan Kemenko Marves yang digelar bersama dengan Pemprov Bali, Pemkot Denpasar dan unsur BUMN/BUMD yang membahas tindak lanjut pembangunan Tersus LNG. “Saya optimis permasalahan teknis bisa diselesaikan, karena memang dari teknis serta segi kajian tidak ada masalah dan isu lingkungan dalam pembangunan Tersus LNG Sidakarya,” jelasnya.
Karena itu ia menyayangkan sikap organisasi Walhi yang tidak diundang dalam Rakortek namun ikut dalam forum rapat, sehingga berujung pengusiran oleh pimpinan rapat. Rapat koordinasi dilakukan atas undangan Kemenko Marves terkait LNG Sidakarya adalah rapat Pemerintah, hadir Pemprov Bali, Pemkota Denpasar dan undangan saja.
“Ini rapat Pemerintah, LSM tidak diundang karena bukan forum dengar pendapat atau sosialisasi. Kalaupun dengar pendapat seperti di DPR publik termasuk LSM hanya bisa mendengar tanpa boleh berbicara,” katanya di Denpasar.
Baca Juga : Sampaikan Hasil Kajian Tersus LNG, Gubernur Bali Bersurat Kepada Kemenko Marves
Baca Juga : Warga Bali Gelar “Aksi Budaya” Turun Ke Jalan Dukung Tersus LNG di Sidakarya