Nasional

Pandemi Covid-19, Dokter Tirta: Akhir Tahun Bisa Terjadi Seperti Genosida

Channel9.id-Jakarta. Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama lebih dari satu setengah tahun, masih belum menunjukkan penurunan. Bahkan, dalam satu bulan terakhir ini, kematian karena Covid-19 masih terus tinggi dan berada di kisaran angka 1.400 per hari. Apabila angka kematian terjadi hingga 100 ribu kasus per hari, maka sampai dengan akhir tahun ini yang terjadi adalah seperti genosida.

Hal itu disampaikan dr. Tirta Hudhi pada webinar “PPKM Level 4 dan Tingginya Angka Kematian” yang digelar FEM Station IPB University pada Senin, 26 Juli 2021, malam.

“Jadi kalau tidak dikontrol dengan baik, bisa jadi dua minggu bisa satu juta (kematian). Kalau misalnya ini terjadi sehari sampai 100 ribu kasus, yang terjadi adalah paling sampai akhir tahun kita kayak genosida,”katanya.

Baca juga: Kasus Harian Tambah 28.228, Pasien Sembuh Covid-19 Pecahkan Rekor 

Tirta menyebut, akibat peningkatan jumlah kasus Covid-19 yang terus meninggi, maka kemungkinan tenaga kesehatan mengalami kolaps. Ia menegaskan, tenaga kesehatan tidak hanya menangani kasus Covid-19 tapi juga penyakit lainnya yang memiliki angka kematian cukup tinggi yakni jantung, kanker, dan TBC. Fasilitas kesehatan nantinya akan dihadapkan kepada pilihan, pasien yang dinilai memiliki kesempatan hidup lebih baik.

“Matinya milih. Tenaga kesehatan akan memilih dengan dasar pilihan kedaruratan. Do not resuscitate (DNR). Kita akan mencapai fase itu kalo faskesnya kolaps. Kita ga nakuti-nakutin. Emang covid doang yang rumah sakit tangani? Kan enggak,”katanya.

Sebagai informasi, Do Not Resuscitate” atau lebih dikenal dengan singkatan DNR adalah sebuah perintah untuk tidak melakukan tindakan pertolongan CPR (cardiopulmonary resuscitation), jika terjadi permasalahan darurat pada pasien.

Tirta menjelaskan, selain Covid-19, saat ini di Indonesia ada 1.600 kematian akibat penyakit jantung yang juga mencatat angka kematian cukup tinggi dibanding penyakit lainnya. Ia mencontohkan, jadi kalau ada yang sakit Covid dengan jantung, yang pertama akan ditolong adalah yang sakit jantung dibanding pasien Covid-19 yang memiliki saturasi rendah.

“Karena kemungkinan hidup yang sakit jantung itu masih ada. Golden period. Tapi kalau yang sakit Covid ini, dengan saturasi 50, sudah nggak bisa. Pasien DNR. Itu yang terjadi kalau misal fasilitas kolaps dan tidak diurus dengan baik, maka yang terjadi adalah kematian massal,”jelasnya.

Lalu apa yang akan terjadi dengan nakes? Dokter yang juga relawan kesehatan itu memprediksi jika tenaga kesehatan bisa kolaps dan banyak yang gugur.

“Satu dokter rata-rata menangani 1.500 pasien per tahun. Kalau kondisi ini dipaksakan terus, yang akan terjadi nakes banyak yang meninggal dan pasien nantinya tidak tertangani. Itu yang akan terjadi,”katanya.

Tirta juga menekankan soal peningkatan vaksinasi yang harus dilakukan pemerintah. “Jadi vaksinasi ini harus diperkencang, dan faskes harus diamankan baik rujukan dan obatnya. Sehingga tenaga kesehatan tidak burn out, dan tidak ada penumpukkan pasien di rumah sakit,”katanya.

Menurutnya, sebagian besar masyarakat enggan berobat ke puskesmas lantaran takut tidak ditangani. Sehingga mereka akan berobat ke rumah sakit karena dianggap mampu menangani penyakit, sehingga terjadi bottle neck di RS.

“Gimana Covid mau kelar, faskes di berbagai wilayah aja belum merata. Jadi jangan kaget kalau Covid-19 di Indonesia itu akan sangat sulit ditangani,”ucapnya.

Selain itu, Tirta juga menyoroti soal data base terkait vaksinasi. Ia bercerita soal pasiennya yang akan melakukan vaksinasi tapi tidak bisa karena NIK yang bersangkutan sudah digunakan orang lain. “Kacau ini, masa NIK bisa dipakai orang. NIK kan satu orang satu,”tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  57  =  62