Channel9.id – Jakarta. Rais ‘Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menyampaikan, hambatan kebangkitan ekonomi di Indonesia lantaran sumber daya manusia (SDM) bermental lemah. SDM Indonesia lupa meneladani sikap Rasulullah sehingga kehilangan ketangguhan mental.
“Muktamar Nahdlatul Ulama ke-13, tahun 1935 antara lain memutuskan sebuah kesimpulan. Kesimpulan tersebut bahwa kendala utama yang menghambat kemajuan umat melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dan menegakkan agama adalah karena kemiskinan dan kelemahan ekonomi. Maka muktamar mengamanatkan kepada PBNU (dulu namanya HBNO) untuk mengadakan gerakan penguatan ekonomi warga dengan menguatkan ketangguhan mental warga,” katanya dalam diskusi Virtual ‘Pemulihan Ekonomi Nasional dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan’, Rabu (26/8).
Menurut KH. Miftachul, kesimpulan Muktamar NU ke-13 itu, dapat menjadi pengingat untuk menggerakan roda ekonomi kerakyatan. Dalam hal ini, Muktamar tersebut menyampaikan sejumlah prinsip Islam yang bisa ditanamkan kepada masyarakat supaya bermental kuat sebagai modal perbaikan sosial ekonomi.
“Prinsip tersebut dinamakan Mabadi’ Khairul Ummah, atau langkah awal membangun umat yang baik,” katanya.
Ada lima prinsip Mabadi’ Khairul Ummah yang harus ditanamkan. Pertama, Al-Shidqu.
“Sebagai salah satu sifat Rasulullah, al-Shidqu berarti jujur, benar, keterbukaan, tidak bohong, dan satunya hati, kata, dan perbutan,” jelasnya.
Kedua, Al-Amanah wa al-wafa’ bi al-‘ahdi yang berarti dapat dipercaya, memegang tanggung jawab, dan memenuhi janji. Amanah juga salah satu sifat Rasul.
Ketiga adalah Al-Adalah yang berarti sikap adil, proporsional, obyektif, dan mengutamakan kebenaran.
“Keempat Ta’awun artinya tolong menolong atau saling menolong antarsesama dalam kehidupan. Terakhir adalah Al-Istiqamah, sikap mantap, tegak, konsisten, dan tidak goyah oleh godaan yang menyebabkan menyimpang dari aturan hukum dan perundangan,” ujarnya.
Menurutnya, jika kelima prinsip itu bisa ditegakkan dalam kehidupan saat ini, maka ekonomi Indonesia bisa bersaing dalam kondisi apapun.
“Kalau ini bisa menjadi pedoman dalam kehidupan di era kompetitif ini, maka Insyaallah kita bisa bersaing di mana pun dan kapan pun,” pungkasnya.
(HY)