Channel9.id-Jakarta. Yayasan Sitor Situmorang bersama Komunitas Bambu menggelar peluncuran dan diskusi buku di Auditorium Perpustakaan Nasional. Acara ini sekaligus memperingati 95 tahun Sitor Situmorang.
Pada sesi awal, kumpulan puisi Sitor, Angin dan Air Danau Toba, diluncurkan.
“Ini menarik, bagaimana sebuah karya sastra berbicara ekologi dalam suatu ekosistem. Keduanya tidak berpisah–terintegrasi,” ujar sastrawan Afrizal Malna saat menjadi narasumber di sesi diskusi buku Sitor.
Apa yang dikandung karya Sitor di antaranya: keterasingan, identitas lokal, pengrusakan, perubahan, hal mistis, rindu, kenangan, dan teknologi puitika.
Tentu banyak hal yang melatarbelakangi karya Sitor ini. Menurut Afrizal, Sitor merupakan generasi yang mengalami migrasi besar-besaran. “Migrasi teritori, migrasi politik, migrasi bahasa,” lanjutnya. Ia berpendapat, hal-hal tersebut yang kemudian membangun istilah deteritorialisasi.
Afrizal pun melanjutkan bahwa Sitor bekerja lewat aktivisme seperti ini.
Sitor Situmorang adalah penyair kenamaan di Indonesia. Pertempuran dan Salju di Paris dan Peta Perjalanan merupakan karyanya. Di 20 Desember 2014, ia meninggal di Alpeldoorn pada usia 90 tahun.
(LH)