Channel9.id-Jakarta. MR (11 tahun) melakukan bunuh diri lantaran diduga mengalami perundungan dari teman-teman di sekolah dan ditempat mengaji. Korban dirudung karena tidak punya ayah (yatim), sang ayah meninggal setahun yang lalu.
Pemerhati anak Retno Listyarti menyatakan, kehilangan ayah tentu merupakan tekanan psikologi berat bagi anak, ketika masalah psikologi kehilangan ini belum sembuh, anak korban justru di bully lantaran kehilangan ayahnya.
Penyebab seseorang bunuh diri memang tidak tunggal, namun kondisi kehilangan ayah dan dibully karena tidak punya ayah lagi tentu bisa menjadi faktor utama si anak memutuskan mengakhiri hidupnya. “Yang seharusnya dilakukan oleh pendidik adalah membangun empati dan simpati pada sesama anak atas musibah atau ketidakadilan yang dialami orang lain, bukan malah membully”, urai Retno.
”Kalau menyimak penjelasan pihak sekolah yang membantah ada pembullyan, padahal pihak keluarga menyatakan kalau anak korban kerap curhat pada ibunya karena di bully, bahkan seringkali enggan berangkat ke sekolah, maka hal itu menunjukkan bahwa guru kelas dan lingkungan sekolah anak korban tidak memiliki kepekaan terhadap anak didiknya,”tambahnya.
Menurut Retno, pihak sekolah seharusnya belajar dari kasus ini, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi dilingkungan sekolah, apalagi dugaan pembullyan sudah berlangsung lama, hampir satu tahun. Apalagi ananda baru kehilangan ayahnya karena meninggal. Harusnya ada perhatian khusus ketika terjadi perubahan sikap, karena pihak keluarga menyatakan kalau anaknya berubah murung sejak mendapatkan pembullyan karena tidak punya ayah. Menepis tidak ada pembullyan adalah bentuk melepas tanggungjawab dan upaya menjaga citra sekolah.
“Sementinya ini jadi pembelajaran mahal bagi sekolah dan sekolah harus mulai membangun sistem sekolah yang aman dari kekerasan sebagaimana amanat pasal 54 UU Perlindungan anak dan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di satuan pendidikan”, ujar Retno.
Baca juga: Twitter Perbarui Fitur Pencegahan Bunuhh Diri
Retno menambahkan,” Dinas Pendidikan kabupaten Banyuwangi seharusnya melakukan pemeriksaaan dan memastikan peristiwa yang sebenarnya. Jika benar, maka jangan ditutupi tetapi harus dibenahi sistem perlindungan anak di seluruh sekolah di wilayah kabupaten Banyuwangi, agar tak terulang lagi”.
Kasus anak bunuh diri karena di bully bukan kasus pertama, sudah berulang. Seharusnya kasus MR jadi pembelajaran mahal buat kita semua.
“Ketika orang dewasa di sekitar anak tidak peka, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga, maka anak akan merasa tidak ada jalan keluar karena dia merasa tak ada yang menolongnya,”jelasnya.
“Oleh karena itu, ketika anak mengadukan kekerasan atau pembullyan yang diterimanya, maka keluarga harus mendukungnya dan menanyakan anak apa yang dia buruhkan, peluk anak dan katakan bahwa dia tidak sendirian, hal sesederhana itu saja akan membuat anak tenang dan bisa berpikir logis untuk sama-sama menyelesaikan masalahanya”, pungkas Retno.