Channel9.id – Jakarta. Dosen Ilmu Politik Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka, Insan Praditya Anugrah menyebut potensi perang Iran-Israel dapat memperburuk ekonomi dunia. Perang ini berpotensi terjadi setelah Iran melancarkan serangan dengan ratusan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu (13/4/2024).
“Serangan balik ratusan drone dan rudal Iran ke wilayah pendudukan Israel dapat memicu perang dan konflik regional yang membahayakan ekonomi global” kata Insan melalui pernyataan tertulis kepada wartawan, Minggu (14/04/2024).
Insan menyatakan bahwa konflik Iran-Israel sangat berpotensi meluas hingga menjadi konflik regional. Sehingga, lanjutnya, hal ini dapat mengancam ekonomi global yang belum pulih pascapandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.
“Kita tahu bahwa ekonomi dunia sedang tidak baik pasca COVID 19 dan terjadinya invasi Rusia ke Ukraina. Sektor pangan dan energi terancam karena kondisi memanas Rusia dengan dunia barat, sedangkan banyak sektor yang masih memulihkan diri pasca pandemi COVID 19”, lanjut Insan.
Menurutnya, apabila konflik Iran-Israel itu meluas, maka dapat mengakibatkan kenaikan harga minyak bumi. Dengan begitu, Insan menyebut harga komoditas lain pun akan ikut naik.
“Iran dan Israel merupakan Dua kekuatan besar di Asia Barat, jika mereka perang maka akan menimbulkan konflik regional berdampak pada banyak negara. Hal in mengancam sektor energi terutama minyak bumi yang harganya bisa kembali melambung seperti era 1970an”, lanjut Insan.
Kenaikan harga minyak itu pun nantinya akan berdampak pada Indonesia. Insan menuturkan, krisis minyak akan berdampak buruk bagi ekonomi Indonesia yang bukan lagi menjadi negara produsen minyak bumi.
Ia pun membandingkannya dengan kondisi pada 1970-an, ketika embargo minyak dilakukan oleh negara-negara Arab namun RI justru mendapatkan keuntungan.
“Ketika 1970an krisis minyak dunia membawa keberkahan bagi Indonesia karena saat itu dunia membeli minyak besar-besaran dari Indonesia. Saat ini berbeda, kita bukan lagi negara produsen minyak, maka krisis di kawasan Asia Barat bisa diikuti kenaikan harga minyak bumi dan kenaikan harga-harga komoditas lain”, pungkas Insan.
Sebelumnya, Iran telah meluncurkan lebih dari 200 drone dan rudal ke Israel pada Sabtu (13/4/2024). Serangan ini dilancarkan setelah dua pekan sebelumnya, Konsulat Iran di Damaskus dihantam gempuran udara yang menewaskan sejumlah perwira militer Iran, termasuk komandan Pasukan Quds, Mohammad Reza Zahedi.
Melansir dari BBC, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan serangan yang diberi nama “Operasi Janji Pasti” itu ditujukan pada “sasaran tertentu” di wilayah Israel. Iran juga menegaskan bahwa aksi mereka ada hubungannya dengan “kejahatan berulang” Israel, termasuk serangan pada 1 April terhadap Konsulat Iran di Damaskus.
Iran menegaskan bahwa rentetan serangan udara yang dilancarkan terhadap wilayah Israel itu merupakan respons terhadap apa yang disebutnya sebagai “tindakan agresif rezim Zionis terhadap Kedutaan Besar Iran di Damaskus” — merujuk pada serangan Tel Aviv di Suriah pada awal bulan ini.
Iran juga menyebut serangannya terhadap Israel sebagai “pertahanan diri yang sah” berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Serangan ini kemudian diintersepsi oleh sistem pertahanan anti-roket Israel, dan juga oleh pesawat jet tempur Yordania karena serangan tersebut melintas di wilayah udara Yordania.
Militer Israel mengklaim serangan Iran ini hanya merusak beberapa pangkalan militer mereka, dan tidak ada korban jiwa akibat serangan tersebut.
HT