Ekbis Hot Topic

Pengusaha Ketar-ketir Pengurangan Hari Libur Panjang Akhir Tahun

Channel9.id-Jakarta. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pengurangan libur panjang ini akan berdampak pada para pengusaha, terutama yang sudah mempersiapkan beberapa program menarik untuk akhir tahun.

“Ya pastinya berdampak, sebetulnya itu kan pengganti libur Lebaran, otomatis pasti ada dampaknya,” ungkap Hariyadi, Selasa (24/11) dikutip detikcom.

Baca juga: Dinilai Tak Berjalan, Pengusaha Pariwisata Minta Anies Cabut PSBB

Menurut Hariyadi, pemerintah semestinya mencontoh Turki yang tetap membuka pariwisatanya di tengah pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 yang ketat.

“Saya selalu bilang coba deh lihat Turki. Nah Turki itu termasuk negara yang membuka pariwisatanya, tapi dia bisa mengendalikan (COVID-19),” ujar Hariyadi.

Menurutnya, upaya membuka-tutup pengetatan kegiatan, termasuk mengurangi libur justru akan mengacaukan kinerja beberapa sektor terkait.

“Kalau kita buka-tutup, buka-tutup terus pengetatan atau PSBB ini, termasuk mengurangi liburan itu kan juga dalam rangka mencegah, nah itu impact-nya akan nggak bagus untuk semuanya. Tak hanya pariwisata, semua kena,” tegasnya.

Ia menyarankan agar pemerintah tetap memberi peluang bagi sektor pariwisata bangkit. Namun, hal itu juga dibarengi dengan pengetatan protokol kesehatan, penguatan pelacakan (tracing) dan perawatan pasien COVID-19 (treatment) dari pemerintah.

Hariyadi menegaskan, pemerintah juga harus menekan klaster-klaster di masyarakat yang berisiko tinggi menjadi sumber penyebaran baru COVID-19. Ia bahkan menyinggung peristiwa keramaian di Petamburan, Jakarta Barat (Jakbar) lalu, di mana Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab merayakan pernikahan anaknya, sekaligus menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang kelahirkan kerumunan massa.

“Yang jadi masalah kan sekarang banyak klaster-klaster penduduk yang berisiko tinggi sebagai penyebaran tapi nggak pernah dituntaskan. Contohnya itu kawasan padat penduduk, pasar-pasar tradisional tidak disiplin. Terus kemarin klaster Petamburan kayak gitu mesti dituntaskan. Kalau nggak nanti ya nggak akan selesai-selesai, dan itu berat,” ucap Hariyadi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menterinya untuk membahas pengurangan libur akhir tahun. Pemerintah berpendapat, libur panjang menyebabkan munculnya klaster-klaster baru penyebaran virus Corona (COVID-19).

Lebih lanjut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, libur panjang yang diharapkan mendorong perekonomian dari pertumbuhan konsumsi, ternyata pada kenyataannya tak sesuai harapan pemerintah. Ini membuat pemerintah tak ingin ‘kebobolan’ lagi akan kasus COVID-19 yang meningkat usai libur panjang.

“Seharusnya kalau dalam suasana normal, dengan hari libur, orang aktivitas yang biasanya interaksi dan kemudian terjadilah konsumsi. Tapi yang kita lihat sekarang ini, setiap libur panjang jumlah COVID-19 naik. Tapi indikator ekonomi tidak membaik atau tidak terjadi konsumsi yang diharapkan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi November, Senin (23/11/2020).

Terlebih lagi, jumlah hari kerja yang lebih sedikit di Oktober 2020 dan Desember 2020, dibandingkan dengan pada 2019 juga menurunkan aktivitas ekonomi di sektor produksi.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +    =  12