Channel9.id-Jakarta. Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjadi Keynote Speaker dalam Kuliah Umum Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Civitas Akademika Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) di Jakarta, pada Rabu (25/10/2023).
Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila kepada generasi muda merupakan mandat yang diberikan kepada BPIP sesuai arahan Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia.
“Kami datang mengunjungi berbagai komunitas di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil, sekolah, perguruan tinggi, dan pondok pesantren, dalam rangka melaksanakan tugas yang telah diberikan negara kepada kami di BPIP,” jelas Yudian.
Kuliah Umum yang diselenggarakan di Aula Kampus UNUSIA Jakarta ini memiliki tema ‘Pancasila; Ideologi, Tantangan, dan Relevansi di Mata Santri’.
“Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 adalah hasil besar dari peran penting para kiai dan santri. Nama-nama seperti K.H. Hasyim Asy’ari dan putranya K.H. Wahid Hasyim, serta tokoh-tokoh lain seperti K.H. Wahab Hasbullah dan KH. R. As’ad Syamsul Arifin, telah memberikan kontribusi yang luar biasa. Mereka adalah contoh teladan dan sumber inspirasi bagi kita semua.”, ucapnya.
Yudian juga memberikan alasan mengapa kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah kenikmatan yang wajib kita semua syukuri.
“Proklamasi Indonesia merupakan proklamasi terhebat sepanjang sejarah manusia di muka bumi, karena tidak diberikan oleh bangsa lain dan terjadi di pertengahan Perang Dunia II,” katanya.
Yudian mengungkapkan, ada 2 alasan mengapa Allah SWT memberikan Indonesia menjadi sebuah negara yang memiliki segala-galanya.
“Pertama Beriman, sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa; dan Kedua Bersatu, sesuai dengan sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia,” jelasnya.
Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini berpesan untuk memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan dan juga menguasai teknologi dengan cara mempelajari bahasa-bahasa asing kepada para santri.
“Generasi santri ini memegang peran kunci dalam meneruskan warisan nilai-nilai dari para guru, orang tua, dan pendiri bangsa. Mereka adalah penerus perjuangan, seperti dulu ketika melawan penjajah melalui pendidikan, dan kini, dalam melawan tantangan kemiskinan dan kebodohan. Saya mengajak semua orang untuk bersatu kembali dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an, Pancasila, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dalam persatuan ini, terletak kekuatan untuk membentuk masa depan yang lebih cerah dan beradab.’ pungkasnya
Sementara itu, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso menegaskan, kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran para santri melalui Nadhlatul Ulama.
“Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau dengan populasi mencapai 278 juta jiwa, dimana mayoritas beragama Islam, dengan organisasi massa terbesarnya adalah NU. Sebelum kemerdekaan, santri telah belajar di pondok pesantren, dan mereka berperan dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Sehingga, NU memainkan peran sentral sebagai salah satu pilar utama dalam menjaga negara ini dan keberagaman di dalamnya, yang diamanatkan oleh Pancasila dalam konstitusi saat negara ini dibentuk,” paparnya.
Rektor UNUSIA Juri Ardiantoro berharap kerja sama dengan BPIP tidak hanya sebatas mengadakan Kuliah Umum saja, tetapi berkelanjutan dalam bentuk kerjasama.
Baca juga: Rektor UNUSIA: Kami Bertekad Jadi Pusat Pengembangan SDM
“Kedatangan BPIP ke UNUSIA adalah sebuah langkah yang tepat, karena kita tahu bahwa Nahdlatul Ulama itu bentengnya Indonesia, sedangkan UNU itu benteng nya Pancasila. Kita sebagai penjaga Pancasila sudah mempunyai dasar & ilmu sehingga UNU bisa berperan sebagai lembaga yang sesuai dengan tujuan dibentukannya BPIP, yaitu mendukung arah pembangunan Indonesia yang tidak boleh melenceng dari ideologi Pancasila,” kata Juri.