Channel9.id-Jakarta. Amerika menghentikan dukungannya kepada koalisi Arab untuk perang Yaman, yang sudah berlangsung selama enam tahun dan telah merenggut nyawa sekitar 110,000 orang. Konflik ini juga membuat banyak warga Yaman mengalami krisis kelaparan.
“Perang di Yaman harus berakhir,” ujar Presiden Amerika, Joe Biden, di pidato pertamanya tentang kebijakan luar negeri pada Kamis (4/2/2021)
Sebelum masa kepemimpinan Biden, Amerika mendukung koalisi Arab untuk melawan kelompok pemberontak dari Yaman, Houthi.
Baca juga : Arab Saudi Gelontorkan Rp 1.456 Triliun demi Perang Yaman
Perang Yaman ini dimulai pada tahun 2014 ketika Pemerintahan Yaman yang sedang lemah mengalami pemberontakan dari kelompok Houthi, yang dipercaya didukung oleh Iran. Perang ini memuncak saat Arab Saudi dan delapan negara timur tengah lainnya – yang didukung Amerika, Inggris, dan Prancis – ikut terlibat.
Pemberhentian dukungan dari Amerika ini adalah dengan menghentikan penjualan rudal presisi tinggi kepada Arab dan Uni Emirat Arab
Joe Biden juga merubah beberapa kebijakan luar negeri Amerika di pidatonya tersebut. Biden mengatakan bahwa ia akan menaikkan jumlah pengungsi yang ingin ke Amerika dari 15,000 menjadi 125,000. Presiden Biden juga memutuskan untuk tidak menarik kembali pasukan Amerika dari Jerman yang sudah ditempatkan semenjak Perang Dunia II berakhir.
Presiden Amerika ke-46 ini juga berjanji untuk terlibat secara diplomatis dengan Rusia tetapi lebih keras lagi daripada Trump, mengatakan AS tidak akan “menyerah”.
Keputusan Joe Biden ini merupakan perubahan yang sangat signifikan setelah ia menggantikan Donald Trump yang sudah lengser bulan lalu.
(RAG)