Perayaan Natal Wujud Nyata Solidaritas Antar Umat Beragama
Opini

Perayaan Natal Wujud Nyata Solidaritas Antar Umat Beragama

Oleh : Mochamad Azis Nasution*

Channel9.id-Jakarta. Natal adalah hari yang membahagiakan tidak hanya bagi umat Nasrani, namun juga penganut agama lainnya. Berpuluh-puluh tahun, dari sejak Indonesia belum merdeka, perayaan natal sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Pun hingga sekarang, Natal diperingati tiap tahun dan menjadi bagian dari agenda nasional tahunan yang dirayakan oleh bangsa Indonesia. Natal selalu membawa pesan damai, pesan persaudaraan, pesan kasih baik sesama umat beragama maupun antar umat beragama.

Dalam menghadapi perayaan natal, sudah semestinya kita membangun narasi-narasi persaudaraan, narasi yang penuh perdamaian antar umat beragama. Bukan lagi narasi-narasi kontrapoduktif, yang berujung saling mencurigai dan membangun bibit-bibit perpecahan antar sesama warga bangsa. Hal ini harus dilakukan oleh semua kalangan, baik masyarakat maupun pemerintah. Kalangan pemerintah dari pusat hingga ke daerah, memberikan ruang sebesar-besarnya bagi umat Kristiani untuk merayakan natal. Tidak ada lagi anjuran boleh dengan syarat, karena pada dasarnya setiap umat sama dan setara dalam menjalankan ibadahnya.

Hubungan antar umat beragama di Indonesia sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Seharusnya kita sudah melampaui batasan normal dalam menghadapi perayaan-perayaan keagamaan. Namun kenapa di era yang serba terbuka ini justru masih ada perdebatan tentang boleh dan tidaknya mengucapkan selamat hari natal. Ajakan dan anjuran untuk tidak memberikan ucapan natal bertebaran melalui grup-grup WA dan medsos. Lengkap disertai dengan berbagai argumentasi yang disampaikan. Jika pesan ini diterima oleh orang yang memiliki pikiran sempit, sangatlah berbahaya karena mereka menjadi acuh tak acuh dengan tetangga atau temannya yang merayakan Natal. Kita seperti mengalami kemunduran dalam merayakan toleransi antar umat beragama.

Natal adalah kebahagian, bagi siapapun yang merayakan maupun yang merasa ikut bergembira karena saudara, teman dan tetangganya merayakan Natal. Merayakan kebahagiaan bukan lagi dibangun diatas narasi-narasi yang menakutkan seperti mau perang.  Tidak dengan mengerahkan ratusan ribu pasukan TNI untuk mengamankan jalannya natal dan tahun baru. Karena akan mengesankan Natal dan Tahun Baru adalah perayaan yang menakutkan bukan membahagiakan. Atau Polri mengerahkan pasukan dengan melibatkan unsur masyarakat untuk menjaga gereja. Hal ini akan terlihat mencekam dan menakutkan.

Indonesia adalah negara yang damai, aman dan ramah bagi siapapun. Pengerahan pasukan keamanan untuk menjaga gereja, lebih baik dilakukan secara diam-diam tanpa harus diumumkan secara terbuka. Demikian pula penyisiran yang dilakukan oleh aparat pada menjelang natal, lebih baik dilakukan secara tertutup. Agar umat juga merasa aman dan nyaman. Sekali lagi marilah kita sambut perayaan natal dengan normal dan bahagia.

Bahwa pernah ada masa dimana terjadi ancaman, namun aparat sudah bertindak dan menangkap serta menghancurkan kelompok tersebut. Jika ada pihak-pihak yang memainkan isu natal untuk merusak hubungan antar teman dan saudara lebih baik kita acuhkan, karena sesungguhnya hidup berdampingan secara damai bukan untuk hari ini saja namun juga untuk masa yang akan datang. Moment perayaan hari raya keagamaan akan terus dirayakan dengan berganti-gantian antar satu pemeluk agama yang satu dan lainnya.

*Praktisi Media

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  2  =