Channel9.id-Myanmar. Oposisi junta militer menolak untuk merayakan perayaan festival tradisional tahun barunya. Mereka memilih untuk menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kudeta yang terjadi pada tanggal 1 Februari melalui aksi sunyi dan unjuk rasa kecil di Myanmar pada hari Selasa (13/4/2021).
Hari perayaan festival tahun baru yang biasanya berlangsung selama lima hari itu dikenal dengan sebutan Thingyan. Perayaan itu biasanya dirayakan dengan doa-doa, membersihkan foto-foto Budha di kuil dan penyiraman air suci di jalanan.
“Kami tidak merayakan Thingyan di Myanmar tahun ini karena 700 jiwa pemberani yang tidak bersalah meninggal karena tindak kekejaman junta,” kata seorang pengguna Twitter dengan nama Shwe Ei.
Baca juga : Junta Myanmar: Unjuk Rasa Semakin Sedikit
Banyak warga melukis simbol perlawanan tiga jari di pot-pot Thingyannya. Menurut foto-foto yang diposting di media, unjuk rasa kecil terjadi di beberapa kota. Di beberapa tempat, orang-orang mengeluarkan pot Thingyannya dan dituliskan “Save Myanmar”.
Tidak ada laporan lebih lanjut mengenai kekerasan yang terjadi karena junta militer membatasi akses internet di Myanmar, membuat informasi jadi sulit didapatkan.
Juru bicara junta masih belum bisa dimintai komentarnya.
Para aktivis menyerukan untuk terus melakukan unjuk rasa sunyinya di hari Thingyan ini sampai hari Sabtu.
Ini adalah tahun kedua festival tahun baru Thingyan dibatalkan. Tahun lalu disebabkan karena pandemi virus corona.
“Kami tidak bisa merayakannya tahun ini. Kami akan merayakannya nanti kalau kita sudah mendapatkan demokrasi kita kembali,” kata pengguna Twitter lainnya, Su Su Soe.
(RAG)