Channel9.id-Jakarta. Kendati nilainya kian menipis, Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan senilai US$ 1,31 miliar pada Juli 2023. Surplus ini merupakan yang ke-39 bulan berturut-turut diraih Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai ekspor mengalami kenaikan tipis 1,36 persen secara bulanan (month-to-month) sebesar US$20,88 miliar, namun menurun cukup dalam sebesar 18,03 persen secara tahunan (year-on-year).
“Hal ini sejalan dengan masih kuatnya permintaan komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti batubara dan bijih besi,” ujar pelaksana tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Selasa (15/8/2023).
Amalia juga menjelaskan, penurunan nilai ekspor terjadi pada migas sebesar 2,61 persen, sementara ekspor nonmigas masih naik tipis, dimana kenaikan dapat dilihat dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta industri pengolahan. Secara tahunan, keduanya mengalami penurunan nilai ekspor.
Total nilai ekspor hingga Juli 2023 mengalami penurunan sebesar 10,27 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pertambangan sebesar 13,78 persen.
“Sementara, total nilai impor mengalami kenaikan cukup tinggi secara bulanan sebesar US$19,57 miliar atau naik 14,10 persen dibanding Juni 2023,”jelasnya.
Peningkatan ini terjadi di kedua kelompok, migas dan nonmigas. Impor untuk seluruh jenis penggunaan meningkat pada Juli 2023. Impor barang konsumsi mengalami peningkatan terbesar, baik secara tahunan maupun bulanan. Secara tahunan, total nilai impor mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Tiongkok masih menjadi negara utama asal impor nonmigas Indonesia dengan kontribusi mencapai 33,76 persen. Total impor pada Januari-Juli adalah US$128,3 miliar, atau turun 6,71 persen dari periode sama tahun lalu. Penyumbang utama penurunan impor adalah bahan baku/penolong yang turun 12 persen.
Baca juga: Jokowi Ogah Stop Larangan Ekspor Nikel dan Hilirisasi meskipun Diserang IMF-WTO
\