Oleh: Edy Budiyarso*
Channel9.id-Jakarta. Letnan Jenderal TNI (Purn) Rais Abin, menjadi satu-satunya perwira tinggi TNI yang pernah berdebat dengan Menteri Pertahanan Israel, Jenderal Shimon Perez.
Rais Abin adalah perwira tinggi kelahiran Kota Gadang, Agam, Sumatera Barat yang menjadi Panglima Pasukan Perdamaian PBB, UNEF di tahun 1976. Bukan perkara mudah, memimpin pasukan perdamaian bagi Israel dan Arab, yang berasal dari negara yang tidak mengakui keberadaan negara Israel.
Namun, bak diplomat ulung, tidak ada kesulitan Mayjen Rais Abin harus berkoordinasi dengan jenderal-jenderal dari negara Zionist ini. Dalam satu percakapan dengan Menteri Pertahanan Jenderal Israel Shimon Perez, Rais Abin menceritakan persoalan ini.
Ternyata, pihak Israel sangat respek pada Rais Abin, “Bukan karena saya orang Indonesia dan seorang muslim, tetapi karena saya melakukan pendekatan ala militer dalam menghadapi Menteri Pertahanan Israel Shimon Perez,” ujar Rais Abin dalam satu wawancara dengan penulis di Jakarta pada medio 2017 lalu.
Baca juga: Perginya Sang Juru Damai Gurun Sinai
Lebih jauh Rais Abin menceritakan dialognya dengan Shimon Perez mantan Perdana Menteri Israel yang saat itu masih berpangkat Jenderal dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan Israel.
“Ini memang preseden pertama, kami harus menerima Panglima UNEF dari negara yang tidak mengakui kami. Tetapi kami sudah mengikuti sepak terjang Jenderal, selama tiga setengah bulan ini. Jenderal dinilai baik oleh Pemerintah Israel dan Mossad. Yang paling sulit adalah saya harus menjelaskan kepada Parlemen, tetapi itu tugas saya sebagai Menteri Pertahanan,” ujar Jenderal Shimon Perez.
“Anda harus bisa menerima saya. Bukan karena saya orang Indonesia, tetapi karena saya adalah utusan Dewan Keamanan PBB sebuah organisasi yang Anda akui. Jika Anda masih menolak, maka hari ini saya akan mundur,” kata Mayjen Rais Abin dengan nada yang tegas.
Misi perdamaian PBB di bawah UNEF memang bersejarah. Ini tak lepas kiprah diplomasi militer Rais Abin yang berhasil membawa dua seteru Mesir dan Israel ke meja perundingan. Perjanjian perdamaian antara Presiden Mesir Anwar Sadat dengan Perdana Menteri Menachem Begin meneken perjanjian damai di Champ David Amerika Serikat disaksikan Presiden AS Jimmy Carter pada 1979.
Politik luar negeri Indonesia, memang lebih mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Jakarta juga dekat dengan faksi-faksi Palestina terutama Fatah dan PLO yang dipimpin oleh Yaser Arafat yang kemudian menjadi Presiden Palestina. Atas pengakuan kemerdekaan ini, Indonesia menerima dengan hangat kehadiran Kedutaan Besar Palestina di Jakarta.
Selamat jalan, Jenderal Rais Abin, jasa-jasanya yang melegenda semoga menginspirasi generasi muda TNI dan juga Indonesia.
*Pemimpin Redaksi Channel9