Oleh: Fatchuri Rosidin*
Channel9.id-Jakarta. Pagi masih buta. Jarum jam pun belum menunjuk waktu pukul 4 pagi. Tapi Deni, kawan saya, sudah berpakaian rapi dan melawan dingin berdiri di pinggir jalan menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerja. Deni bukan tinggal di Jakarta, tapi di kota kecil Sukabumi. Meninggalkan anaknya yang masih terlelap menaiki bus antar kota yang membawanya ke Jakarta.
Di terminal Baranangsiang Bogor, Deni sejenak menunaikan shalat subuh. Lalu melanjutkan perjalanannya ke Sunter, Jakarta Utara tempatnya mencari nafkah. Empat jam ia habiskan untuk pergi dari rumah ke tempatnya bekerja.
Pukul lima sore saat orang lain pulang ke rumah, Deni naik bus menuju Salemba. Ia melanjutkan aktivitas dengan kuliah di salah satu kampus swasta. Letih dan kantuk ia lawan demi mewujudkan mimpi memperbaiki masa depan keluarganya.
Baca juga: Negeri Tanpa Ayah
Jam sembilan malam barulah kuliahnya usai. Dengan sisa tenaga dan letih yang tak ia pedulikan, Deni kembali menaiki bus kota yang membawanya kembali kepada keluarganya di Sukabumi. Perjalanan yang jauh itu ia lakukan setiap hari.
Lain Deni, lain Astri. Kantornya di SCBD Sudirman, salah satu pusat bisnis tersibuk di Jakarta. Sebagai marketing manager di sebuah perusahaan periklanan, hari-harinya sangat sibuk. Berangkat pagi buta dari rumahnya di Cikarang, ia menembus kemacetan tol yang sejak pagi sudah merayap. Tak jarang makan pagi dan berhias pus dilakukannya di atas kendaraan.
Berpindah dari satu rapat ke rapat berikutnya, menjumpai klien-klien penting yang harus diyakinkannya, dan memimpin sejumlah account officer dengan berbagai karakter yang berbeda, menjadi rutinitas yang dijalaninya. Kadang baru selesai hingga jam 8 atau 9 malam sebelum akhirnya kembali pulang ke rumah di Cikarang sana.
Bagaimana dengan Anda?
Saat baru menempati rumah di daerah Sawangan Depok, saya dibuat takjub. Hari masih gelap saat saya berangkat shalat subuh ke masjid di dekat rumah. Hampir saya tak percaya. Parkiran masjid sudah dipenuhi mobil dan motor. Penuh. Ada sekitar 5 mobil dan 30-an sepeda motor. Saya kira ada tabligh akbar. Ternyata itu kendaraan orang2 yang mampir shalat subuh dalam perjalanannya ke kantor. Jam 04.30 sudah di jalan. Jam berapa mereka berangkat dari rumah? Jam berapa mereka bangun tidur? Luar biasa!
Demi meraih masa depan yang lebih baik, kita rela menjalani semua rutinitas itu. Pergi subuh, bekerja seharian, dan pulang larut malam. Setahun. Sepuluh tahun. Berpuluh tahun. Kita mengejar karir. Tahun demi tahun. Menantang. Hingga karir menghabiskan seluruh waktu kita. Kita mengumpulkan uang. Tahun demi tahun. Mengasikkan. Hingga uang memikat hati kita, perhatian kita, waktu kita. Tapi, sudahkah Anda bahagia?
*Direktur IMZ Consulting