Channel9.id-India. Petani India yang menentang reformasi karena mengancam mata pencahariannya berniat untuk memperbarui agendanya dalam melawan perubahan dengan melangsungkan unjuk rasa berskala nasional, setahun setelah diperkenalkannya hukum liberalisasi di sektor pertanian, Senin (27/9/2021).
Selama 10 bulan, puluhan ribu petani telah berdiam diri di jalan-jalan tol di sekitar ibu kota untuk menentang kepemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.
“Ribuan petani telah menyebar ke beberapa distrik untuk memastikan terlaksananya unjuk rasa skala nasional yang bertujuan untuk mengingatkan pemerintah untuk mencabut undang-undang yang lebih condong ke korporat-korporat besar,” ujar Rakesh Tikait, seorang petani terkemuka, pemimpin unjuk rasa.
Baca juga: Perjuangan Nakes India Vaksinasi Warga di Desa Terpencil
Bulan ini, lebih dari 500,000 petani ikut menghadiri unjuk rasa di negara bagian terpadat India, Uttar Pradesh. Unjuk rasa tersebut merupakan unjuk rasa terbesar dalam kampanye para petani yang menentang kepemerintahan Modi dan kali ini mereka berencana untuk meningkatkan jumlah tersebut demi dicabutnya peraturan baru tersebut.
Undang-undang yang diumumkan pada September tahun lalu, mencabut regulasi di sektor pertanian dan mengizinkan para petani untuk menjual hasil panennya kepada pembeli diluar pasar grosir yang diatur pemerintah, dimana menurut para petani akan menjamin mereka mendapatkan harga minimum.
Menurut para petani kecil, perubahan ini akan membuat mereka rentan dieksploitasi dengan korporat-korporat besar.
Sedangkan menurut pemerintah, reformasi ini merupakan kesempatan baru untuk para petani mendapatkan harga penjualan yang lebih baik.
Ketua persatuan petani berjanji kalau unjuk rasanya tidak akan mengganggu para petugas kesehatan.
“Kami juga akan memastikan kalau unjuk rasa ini akan berlangsung damai,” ujar Tikait.
Sebagian besar unjuk rasa yang sudah dilakukan para petani berlangsung damai, namun polisi dan petani sempat bentrok di New Delhi pada bulan Januari dan salah seorang pengunjuk rasa tewas dan 80 polisi mengalami luka-luka.
(RAG)