Channel9.id-Jakarta. Bisa dikatakan, hari ini, manusia tidak bisa hidup tanpa plastik. Beragam peralatan dibuat dari plastik. Dari perabotan rumah tangga, alat elektronik, bahkan kemasan makanan dan minuman yang hanya sekali pakai. Dengan segala serba gunanya, sifat plastik yang sulit diurai membuat pencemaran lingkungan kian merebak.
Terlepas dari semua hal itu, pada tulisan ini akan dibahas secara singkat bagaimana plastik berkembang.
Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada 1862 di London, Inggris. Plastik temuannya disebut parkesine. Ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengklaim bahwa temuannya ini mirip karet sehingga bisa dibentuk sesuai keinginan. Produk awal parkesin misalnya gagang pisau, sisir, kancing, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, pada 1866, John Wesley Hyatt menemukan bahwa seluloid bisa dibentuk menjadi bahan yang keras. Ia kemudian membuat bola biliar dari bahan ini untuk menggantikan bahan baku sebelumnya yang mahal, yakni gading gajah.
Terobosan besar ada di 1907, yakni ketika plastik sintetis pertama kali ditemukan. Leo Baekeland yang mengembangkannya. Ia adalah seorang ahli kimia. Ia mengembangkan resin cair yang ia beri nama bakelite. Oleh karena bakelite bukan isolator yang baik, berbagai penelitian terus dilakukan demi mencari plastik baru.
Kebutuhan plastik meningkat pada Perang Dunia II. Industri plastik sintetis di masa ini meningkat lantaran adanya tuntutan untuk melestarikan sumber daya alam yang langka. Dari hal tersebut, produksi alternatif sintetis diprioritaskan. Lalu di 1941, polyethylene terephthalate (PET) ditemukan, yakni bahan untuk membuat botol minuman bersoda. Selanjutnya, penggunaannya berkembang menjadi sarung tangan musim dingin, pembungkus bunga, dan lain sebagainya.
Pasca perang, plastik tidak lagi diagungkan, malah dipandang negatif. Terlebih banyaknya sampah di lautan pada 1960-an, isu tentang bahayanya pestisida (1962), dan tumpahan minyak di lepas pantai California mendapat perhatian (1969). Kasus tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang polusi.
Sejak saat itu, limbah plastik diwaspadai. Hal yang menjadi persoalan ialah pengelolaan limbahnya yang belum bisa ditangani. Bahkan plastik sulit diurai di alam. Penyebabnya, adanya bisphenol A (BPA), bahan kimia yang dimasukan pada plastik. Bahan ini membuat plastik fleksibel, tahan lama, dan transparan. Bahkan, rupanya, penggunaan BPA dalam dosis tinggi pada plastik—di kemasan makanan/minuman—memicu rusaknya sistem hormonal bagi makhluk hidup.
Sumber: beragam sumber
(LH)