Channel9.id-Selendia Baru. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kalau komunitas Muslim yang harus menjadi fokus dalam pembuatan film yang mengangkat cerita penyerangan masjid di Christchurch, pada hari Senin (14/6/2021). Pernyataan itu keluar setelah banyak orang mengungkapkan keberatannya mengenai sebuah film yang akan lebih memfokuskan perdana menteri Jacinda Ardern.
Dikabarkan oleh majalah Hollywood Reporter, sebuah film berjudul “They Are Us” akan mengangkat cerita serangan ke dua masjid di Christchurh oleh orang rasis pada tanggal 15 Maret 2019 yang menewaskan 51 orang.
Baca juga: Ratusan Warga Canterbury Dievakuasi Karena Banjir Besar
Majalah itu mengatakan kalau film tersebut merupakan cerita inspirasional yang memfokuskan respon dari perdana menteri Selandia Baru terhadap kejadian terorisme tersebut.
Kantor kepresidenan Ardern sudah menyatakan kalau mereka tidak ikut campur pada produksi film tersebut. Dalam konferensi persnya ia mengatakan kalau komunitas Muslim seharusnya yang menjadi fokus dari segala film yang menceritakan penembakan tersebut, bukan dirinya.
“Ini adalah peristiwa yang sangat menyedihkan untuk Selandia Baru, terutama untuk mereka yang benar mengalaminya,” ujar Ardern.
“Saya setuju kalau memang ada beberapa cerita dari peristiwa 15 Maret yang harus diceritakan. Tapi itu cerita dari komunitas Muslim kami, jadi merekalah yang harus menjadi pusat perhatiannya. Saya tak merasa kalau kontribusi saya pada peristiwa tersebut adalah cerita yang harus diceritakan,” pungkasnya.
Namun, ia menambahkan kalau segala hal mengenai film tersebut merupakan keputusan mereka sepenuhnya, bukan dirinya.
Judul film tersebut diambil dari pidato Ardern saat terjadinya peristiwa tersebut.
Hollywood Reporter mengabarkan kalau Andrew Niccol dari Selandia Baru akan menjadi penulis dan direktur film tersebut. Majalah tersebut mengatakan kalau film tersebut lebih memfokuskan respon Jacinda Ardern, bukan mengenai serangan tersebut.
Namun beberapa orang Muslim mempertanyakan rencana film tersebut ketika rasa sakit keluarga dan teman korban masih sangat membekas di benaknya. Mereka juga mempertanyakan fokus film tersebut.
Advokat komunitas Muslim, Guled Mire mengatakan kepada 1 NEWS kalau ia merasa film tersebut terasa kurang.
“Film tersebut benar-benar mencoba menggambarkan orang kulit putih sebagai tokoh pahlawan,” ujarnya.
(RAG)