Channel9.id-Jakarta. Pengamat komunikasi dari Indonesia Indicator, Rustika Herlambang menyebutkan bahwa Polri masih menjadi primadona bagi pemberitaan media mainstream sepanjang tahun 2019, tetapi sudah mulai memperhatikan media sosial sebagai cara baru berkomunikasi.
Hal ini disampaikan oleh Rustika Herlambang saat menjadi pembicara di Release Akhir Tahun Mabes Polri yang diselenggarakan Mabes Polri di Auditorium PTKI Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/19). Hadir dalam acara tersebut, Kapolri Jenderal Pol. Drs. Idham Azis, MSi., Wakapolri Komjen Pol. Drs. Ari Dono Sukmanto, Kabareskrim Komjen Pol. Listyo Sigit Purnomo, MSi, Kadiv Humas Polri Irjen Pol. M. Iqbal, Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan, dan perwakilan Ombudsdman RI.
Menurut Rustika, manajemen media Polri sudah harus mulai memperhatikan isu di social media dan menggunakan strategi baru dalam menanganinya. “Sentuhan emosional dan kedekatan dengan audience-nya perlu mendapat perhatian. “Beberapa catatan penting adalah lebih cepat dan tanggap terhadap isu sensitive yang berkembang liar di media sosial, pemetaan isu dan aktor yang lebih baik, menambahkan influencer dengan menggandeng berbagai pihak,” ujar Rustika.
Sentimen terhadap isu-isu mengenai Polri, sepanjang tahun 2019, dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember, pergerakannya fluktuatif. Di dalam matriks, terlihat sentimen meningkat pada bulan Mei 2019 kemudian bulan Oktober 2019, dimana pada saat itu terjadi kerusuhan pada 21-22 Mei 2019 di Bawaslu dan bulan Oktober 2019, pasca Pelantikan Presiden 2019.
Tahun 2019, isu pemberitaan Polri terlihat signifikan pada pengamanan Pemilu 2019, kemudian dibawahnya ada isu Terorisme, konflik Papua, Narkoba, serta aksi mahasiswa. Salah satu isu yang cukup menarik menurut Rustika Herlambang, Terdapat pada media Online bulan Mei 2019, mencapai 8000k sebarannya.
Media mainstream ini merupakan media yang paling ketat dalam penyebaran sebuah berita. Tetapi Polri masih menjadi primadona bagi media mainstream.Analisa media sosial twitter, Rustika Herlambang menuturkan, Sepanjang 2019, terdapat sebanyak 2.173.913 percakapan mengenai Polri. Percakapan ini dimunculkan dari 173.242 akun manusia dan memberikan sentiment netral positif sebesar 62%. Sebanyak 78,8% merupakan akun milenial.
Emosi terbesarnya Trust dan Anticipation, disusul disgust. Isu politik, aksi mahasiswa, Papua, merupakan penggerak isu besar di twitter, beberapa hal yang menjadi rapor merah di twitter adalah isu aksi mahasiswa dan Papua. Perbincangan atau percakapan terutama di media sosial, twitter, isu mengenai pengamanan pemilu 2019 menjadi hal utama yang banyak dibicarakan, dengan total ada 144850 percakapan.
Analisa Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang mengatakan, Sepanjang 1 Januari – 5 Desember 2019, terdapat 113.160 percakapan dari 65.121 akun membicarakan Polri. Adapun secara demografi, percakapan Polri lebih banyak menarik perhatian kaum pria (79,12%) dan selebihnya perempuan 20.88%. Kalangan milenial 22-30 tahun mendominasi percakapan, dengan lokasi akun terbesar berada di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Puncak percakapan terjadi di bulan September dan Oktober dimana insiden Papua, Wiranto, Aksi Mahasiswa, RKUHP, dan pelantikan presiden menjadi penggerak isu percakapan di Facebook. Meski demikian, secara garis besar porsi sentimen netral positif sebanyak 78,4%.
“Jumlah pemberitaan Kapolri Idham Aziz di media online sejak diangkat menjadi Kapolri berjumlah 6583. Sejauh ini media memberikan framing netral positif sebesar 85%. Sentimen netral dan positif berasal dari berita pengangkatan dan berbagai apresiasi yang ditujukan pada Idham Aziz. Salah satunya adalah kebijakan soal gaya hidup polisi yang dianggap sebagai sebuah “gebrakan” baru.
Adapun sentiment negative terdapat sebanyak 15%. Sentimen tersebut berasal dari isu Novel Baswedan yang dianggap hingga kini belum memberikan hasil. Isu ini merupakan salah satu isu terbesar di media social twitter.”Isu yang utama yang menjadi bahan perbincangan sejak terpilihnya Idham Aziz sebagai Kapolri ialah isu mengenai kasus Novel Baswedan, mencapai 4604 percakapan,” jelas Rustika Herlambang .