Channel9.id, Jakarta – Prancis kembali menunjukkan agresivitas investasinya di kawasan Asia Tenggara. Kali ini, Malaysia menjadi tujuan utama dengan komitmen investasi jumbo senilai RM4 miliar atau sekitar US$947 juta (sekitar Rp15 triliun). Investasi tersebut dipastikan usai kunjungan delegasi perdagangan Malaysia yang dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim ke Paris.
Mengutip Bloomberg, Minggu (6/7/2025), sebanyak 40 perusahaan Prancis terlibat dalam pembicaraan tersebut dan menyatakan minat untuk menanamkan modal di berbagai sektor strategis, mulai dari manufaktur berteknologi tinggi, industri antariksa, energi terbarukan, infrastruktur berkelanjutan, hingga ekonomi digital dan pariwisata.
Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia menyebut bahwa kesepakatan ini membuka peluang ekspor tambahan senilai RM675 juta di sektor-sektor tersebut, termasuk otomotif dan industri halal.
Usai kunjungannya ke Prancis, Anwar melanjutkan perjalanan ke Brasil untuk menghadiri pertemuan BRICS, sekaligus mengagendakan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Di sisi lain, Indonesia juga memperoleh komitmen investasi besar dari Prancis dalam kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke Jakarta pada Mei 2025 lalu. Dalam rangkaian peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara, Prancis dan Indonesia menandatangani 27 perjanjian kerja sama strategis dengan total nilai mencapai US$11 miliar.
Kesepakatan tersebut mencakup beragam sektor, mulai dari energi baru dan terbarukan (EBT), pertanian, transportasi dan logistik, hingga ketahanan pangan dan keuangan. Pertemuan itu juga melibatkan lebih dari 200 pelaku bisnis dan pemangku kebijakan kedua negara.
Namun, jika menilik data realisasi investasi yang tercatat oleh BKPM pada kuartal I/2025, Prancis masih belum masuk lima besar negara asal investasi di Indonesia. Lima negara teratas justru didominasi oleh Singapura (US$4,6 miliar), Hong Kong (US$2,2 miliar), China (US$1,8 miliar), Malaysia (US$1 miliar), dan Jepang (US$1 miliar).
Dengan nilai komitmen besar namun realisasi yang belum signifikan, muncul pertanyaan besar: apakah Indonesia cukup atraktif dan cepat dalam mengeksekusi investasi yang telah dijanjikan?
Pakar ekonomi menilai bahwa faktor-faktor seperti kepastian regulasi, kemudahan perizinan, dan stabilitas politik menjadi penentu utama apakah komitmen investasi bisa benar-benar terealisasi. Di tengah kompetisi ketat antarnegara ASEAN, Malaysia terlihat lebih agresif dalam mengamankan investasi melalui diplomasi terfokus dan penyederhanaan proses investasi.
Indonesia sendiri masih menghadapi tantangan dalam hal reformasi struktural dan birokrasi investasi yang kerap menjadi hambatan investor asing.
Dengan fakta bahwa Prancis tengah memperluas portofolio investasinya di Asia Tenggara, kini menjadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk menindaklanjuti komitmen yang telah disepakati dan mempercepat realisasinya di lapangan.