Channel9.id – Jakarta. Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah Perdana Kusuma menyampaikan, ada tiga kunci supaya nilai-nilai Pancasila dapat dengan maksimal diajarkan di Sekolah. Dengan tiga kunci itu, diharapkan para murid dapat mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, desain kurikulum harus memberikan ruang untuk nilai-nilai pancasila. Misalnya dalam kurikulum 2013, nilai-nilai Pancasila wajib masuk dalam ketegori kelompok mata pelajaran A. Mata pelajaran yang masuk kelompok A, merupakan mata pelajaran yang fundamental dan esensial dalam membangun karakter bangsa.
“Mata pelajaran kelompok A itu ada Sejarah Indonesia, budi pekerti, ada Bahasa Indonesia dan PPKN. Kalaupun mau melihat dari sisi kurikulum, Pancasila harus masuk dalam mata pelajaran itu,” kata Sumardiansyah dalam Dialog Daring ‘Pewarisan Pancasila dalam Pembelajaran Sejarah Kekinian’ yang diadakan PARA Syindicate, Senin 7 Juni 2021.
Kendati demikian, Sumardiansyah menilai, pembelajaran nilai-nilai Pancasila tidak harus dibebankan kepada 2 sampai 4 mata pelajaran. Semua mata pelajaran harus menerapkan nilai-nilai Pancasila.
“Bagaimana seorang guru Matematika, merumuskan dan mengejewantahkan yang namanya Matematika Pancasila. Bagaimana seorang guru geografi mengejewantahkan geografi Pancasila, dan seterusnya. Sehingga tidak dibebankan pada 2 sampai 4 mata pelajaran saja,” ucap Sumardiansyah.
Setelah melihat posisi Pancasila dalam kurikulum, kunci kedua adalah kemampuan literasi dan kompetensi keilmuan seorang guru. Hal yang paling fundamental dalam proses belajar adalah guru harus pintar. Guru juga harus mampu merekontruksi pengetahuan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pendekatan yang komprehensif.
“Guru harus pintar dan memiliki tingkat literasi yang tinggi. Guru juga harus memiliki kompetensi keilmuan yang memumpuni untuk memahami pancasila,” kata Sumardiansyah.
Kemudian, kunci ketiga, secara pedagogik guru harus mampu mentransfer keilmuannya kepada peserta didik. Guru perlu menggunakan wawasannya untuk memanfaatkan berbagai media pembelajaran supaya ilmu pengetahuan dapat ditransfer ke peserta didik.
“Bisakah mereka memanfaatkan segala media pembelajaran, seperti pakai infografis, pakai videografis, mengajak jalan-jalan ke museum, ajak melihat kondisi masyarakat. Berani keluar dari ruang kelas melihat realitas. Mampukah guru-guru untuk mengedepankan diskusi dari pada ceramah satu arah. Ini hal-hal yang harus diperhatikan guru,” ujar Sumardiansyah.
HY